...
Home Komunikasi Politik Etika dalam Komunikasi Politik

Etika dalam Komunikasi Politik

by Rudi Trianto
Etika Komunikasi Politik

Etika dan akhlak adalah masalah yang sangat penting, terlebih di era sekarang dalam dunia politik praktis kerap terjadi perbuatan atau tindakan yang mempertontonkan konflik kepentingan antara kubu-kubu yang berseberangan dalam orientasinya di dunia politik. Masing- masing merasa benar atau melakukan pembenaran, peristiwa ini akhirnya menjadi tontonan oleh rakyat. Persoalan mana yang benar dan mana yang salah, telah kabur. Saat ini kita terkadang kesulitan membedakan mana orang berakhlak dan mana orang yang sejatinya merusak akhlak.

Kerusakan akhlak atau krisis etika berupa perbuatan yang menunjukkan akhlak atau etika yang rendah sudah semakin berani tampil ke muka publik. Mulai dari tindakan korupsi para pejabat yang tidak habis-habisnya karena selalu saja muncul kasus baru, perbuatan asusila yang merajalela, suap-menyuap sudah terjadi secara sistematis, terstruktur dan masif mulai dari kalangan rakyat biasa sampai pejabat tinggi.

Baca juga: Konsep Dasar Komunikasi Politik

Kita semua sudah tentu mendambakan masyarakat yang berakhlak, mendambakan bangsa yang santun dan beradab. Masyarakat dan bangsa yang demikian ini, jelas tidak mungkin maju dengan cara-cara yang tidak baik, karena semata-mata kepentingan politik yang penuh dengan tipu muslihat dan ketidakjujuran.

Pengertian Etika

  1. Austin Fagothey, dalam buku Ethics in Theory & Practice, Etika membicarakan tentang kebiasaan (perbuatan), tetapi bukan menurut arti tata adat, melainkan tata-adab, yaitu berdasarkan pada inti atau sifat dasar manusia; baik-buruk. Jadi dengan demikian etika adalah teori tentang perbuatan manusia berdasarkan baik-buruknya (M.J. Langeveld, 1959)
  2. Franz Magnis Suseno (1993) secara terminologis, etika adalah filsafat mengenai bidang moral, etika merupakan ilmu atau refleksi sistematik mengenai pendapat-pendapat, norma dan istilah moral. Dalam arti luas sebagai keseluruhan norma dan penilaian oleh masyarakat untuk mengetahui bagaimana manusia seharusnya menjalankan kehidupannya.
  3. M. Amin Syukur (1999) mengutip pendapat Robert C Soimon, etika merupakan disiplin ilmu yang mempelajari nilai-nilai hidup manusia yang sesungguhnya dan hukum tingkah laku. Dengan demikian, menurut Amin Syukur, etika adalah ilmu yang berisi kaidah baik dan buruk suatu perbuatan dan aktivitas.
Etika dan kebenaran hidup

Etika dan kebenaran hidup

Perbedaan Etika Etiket Moral dan Akhlak

  1. Etika dan etiket
    Etika dengan etiket keduanya menyangkut perilaku serta mengatur perilaku manusia secara normatif, memberi norma pada perilaku manusia. Perbedaannya adalah etiket menyangkut “cara” suatu perbuatan harus manusia lakukan (cara yang tepat). Etika tidak terbatas pada cara melakukan suatu perbuatan, etika memberi norma pada perbuatan itu sendiri. Etiket bersifat relatif, sesuatu yang tidak sopan dalam satu kebudayaan, bisa saja sopan dalam kebudayaan lain. Etika lebih bersifat absolut semisal jangan mencuri, jangan berbohong merupakan prinsip-prinsip etika dasar dan universal.
  2. Etika dan moral
    Menurut Franz Magnis Suseno (1999) etika berbeda dengan ajaran moral. Ajaran moral langsung mengajarkan bagaimana orang harus hidup, berupa rumusan sistematis terhadap anggapan-anggapan tentang apa yang bernilai serta kewajiban-kewajiban manusia. Sedangkan etika merupakan ilmu tentang nilai-nilai ajaran moral. Dalam pengertian yang sebenarnya berarti filsafat mengenai bidang moral, jadi etika merupakan ilmu bukan sebuah ajaran yaitu refleksi sistematik mengenai pendapat-pendapat, dan istilah-istilah moral.
  3. Etika dan akhlak
    Istilah etika dalam Islam adalah perkataan akhlak dalam bentuk jamak khuluq yang berarti adab atau batas antara baik dan buruk, terpuji dan tercela. Menurut Muslim Nurdin dalam buku “Moral dan Kognisi Islam”, akhlak secara istilah adalah sistem nilai yang megatur pola sikap dan tindakan manusia di atas bumi. Sistem nilai ini adalah ajaran Islam, dengan Al-Qur’an dan Sunnah Rasul sebagai sumber nilainya serta ijtihad sebagai metode berfikirnya. Imam Ghozali mengartikan akhlak yaitu: “khuluk (akhlak) ialah haihat atau sifat yang tertanam dalam jiwa yang dari padanya lahir perbuatan-perbuatan yang dengan musuh dan gampang tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.”

Baca juga: Media Baru dan Media Sosial dalam Politik

Berdasarakan uraian di atas,  sering terjadi penyamaan arti antara etika dengan etiket, maupun etika dengan moral dan akhlak. Karena antara keempat istilah tersebut meskipun mempunyai perbedaan arti yang cukup mendasar akan tetapi keempat istilah tersebut sama-sama menjadikan “baik dan buruk” perbuatan manusia.

Etika adalah Ilmu Baik dan Buruk

Etika adalah Ilmu Baik dan Buruk

Ethics Komunikasi Politik

Donald Wright (1996) berpendapat bahwa etika merupakan bagian dari perkembangan umat manusia, dan seiring dengan bertambahnya usia kita, kode moral kita juga mengalami perubahan menuju kedewasaan. Elaine Englehardt (2001) mengamati bahwa “kita tidak menciptakan sistem etika kita sendiri”, yang berarti bahwa kita biasanya mengikuti kode budaya dan moralitas.

Baca juga: Pemasaran dan Iklan Politik

Lima istilah kunci dalam perspektif komunikasi yaitu: sosial, proses, simbol, makna dan lingkungan.

  1. Komunikasi secara sosial (social), adalah komunikasi selalu melibatkan manusia serta interaksi. Artinya, komunikasi selalu melibatkan dua orang, pengirim dan penerima. Ketika komunikasi dipandang secara sosial, komunikasi selalu melibatkan dua orang yang berinteraksi dengan berbagai niat, motivasi dan kemampuan.
  2. Komunikasi sebagai proses (process), hal ini berarti komunikasi bersifat kesinambungan dan tidak memiliki akhir. Komunikasi juga dinamis, kompleks, dan senantiasa berubah. Selain itu, karena komunikasi merupakan proses, banyak sekali yang dapat terjadi dari awal hingga akhir dari sebuah proses pembicaraan. Orang-orang dapat memiliki sikap yang sama sekali berbeda ketika berdiskusi
  3. Komunikasi sebagai simbol (symbol) adalah sebuah label arbitrer atau representasi dari fenomena. Kata simbol untuk konsep dan benda, misalnya; cinta merepresentasikan sebuah ide mengenai cinta; kursi merepresentasikan benda yang kita duduki. Label dapat bersifat ambigu, dapat berupa verbal dan nonverbal, dan dapat terjadi dalam komunikasi tatap muka dan komunikasi dengan menggunakan media.
  4. Makna juga memegang peranan penting dalam definisi komunikasi. Makna isi dari suatu pesan. Dalam episode-episode komunikasi, pesan dapat memiliki lebih dari satu makna dan bahkan berlapis-lapis makna. Judith Martin dan Tom Nakayama (2002) menyatakan bahwa makna memiliki konsekuensi budaya.
  5. Lingkungan (environment) adalah situasi atau kondisi di mana komunikasi itu terjadi. Lingkungan terdiri dari beberapa lemen seperti; waktu, tempat, periode sejarah, relasi, dan latar belakang budaya pembicara dan pendengar. Komunikasi dapat terjadi dengan adanya bantuan dari teknologi.

Tipologi Etika Komunikasi Politik

Tipologi Etika Komunikasi Politik

Tipologi Etika Komunikasi Politik

Berdasarkan gambar di atas, ada empat tipologi etika komunikasi politik, yaitu:

  1. Tipe Murni (Pure)
    Komunikator tipe ini mempunyai niat yang baik saat menyampaikan pesan politiknya kepada khalayak. Komunikator jenis ini teguh dalam hal pendirian (idealis) dan tidak mudah terpengaruh. Niat, ucapan dan tindakannya selaras. Tahap ini biasanya terjadi ketika seseorang sudah mencapai tahap keikhlasan dalam hidupnya. Baginya, semua tindakan dan perbuatannya semata-mata demi pengabdian kepada Tuhan.
  2. Tipe Bayangan (Shadow)
    Tipe ini memiliki niat baik, hanya saja dia tidak menggunakan saluran komunikasi yang baik menurut kebanyakan orang. Niat baik tentunya akan mendorong pada perbuatan baik meskipun penyampaiannya itu buruk. Faktornya bisa karena watak atau karakteristik bawaan, seperti pemarah dan lain-lain. Komunikator tipe ini antisuap. Ketika ia menegur seorang dengan tegas (keras), khalayak dapat saja beranggapan kepribadiannya kasar.
  3. Tipe Topeng (Mask)
    Komunikator jenis ini mendasari komunikasinya dengan niat buruk, misalnya nafsu untuk berkuasa atau membela kepentingan kelompok tertentu (tidak berpihak kepada kepentingan rakyat). Dalam mencapai tujuannya, proses penyampaian pesan dengan cara tipu muslihat (memanipulasi pesan). Misalnya memberi bantuan kepada korban bencana alam dengan terlalu menekankan pada embel-embel partai.
  4. Tipe Jahat (Evil)
    Tipe ini adalah tipe yang paling ekstrem, karena analoginya seperti evil di mana kejahatan berawal dari niat jahat (buruk) yang akhirnya dengan ucapan (jahat/buruk) dan tindakan (jahat/buruk). Apakah tipe seperti ini ada dalam dunia politik? Tentu ada. Kita bisa menengok sejarah dan melihat bagaimana orang seperti Adolf Hitler atau Bennito Mussolini selama memimpin negerinya. Tipe ini akan melakukan segala cara untuk mencapai tujuannya baik secara terang-terangan ataupun diam-diam.

Ethics Komunikasi Politik Islam

Etika Komunikasi Politik dalam Islam menurut Ibnu Sina

Etika Komunikasi Politik dalam Islam menurut Ibnu Sina

Berkaitan dengan komunikasi politik kita bisa memadukan sifat-sifat ke-Nabi-an dengan komponen-komponen komunikasi yakni sebagai berikut:

  1. Komunikator, sebagai sumber pembawa pesan harus mempunyai sifat jujur (Shidiq), baik kepada diri sendiri maupun terhadap sesama manusia. Selalu benar mulai dari niat dalam hati, ucapan lisan dan perbuatan harus sesuai. Begitu pula dalam segala hal harus tulus dan murni bukan rekayasa (kesemuan) demi mendapatkan simpati agar berkuasa. Lawan dari jujur adalah khizib (bohong) yang merupakan perbuatan tercela bahkan termasuk dosa besar, tidak boleh bersaksi palsu.
  2. Pesan harus segera sampai (Tabligh), pesan adalah informasi yang bisa jadi berisi sebuah tugas (perintah / larangan) dan tanggung jawab baik dalam bentuk verbal dan nonverbal. Seperti bagaimana seorang Nabi dan Rasul yang berjuang agar pesan Tuhan (Wahyu) sampai kepada ummat manusia agar menjadi petunjuk yang benar (menyelamatkan) dan terhindar dari jalan yang salah.
  3. Saluran (media) merupakan (amanah), komunikator mampu menjalankan amanah bila proses berjalan sampai pada fase di saluran (media) yang langsung tersalurkan kepada komunikan. Amanah artinya percaya (kepercayaan), melalui saluran akan teruji apakah dalam perjalanannya pesan sampai kepada komunikan dalam kondisi asli (original) atau telah bergeser, bahkan berubah dari substansinya.
  4. Khalayak atau publik (rakyat) akan menjadi cerdas (Fathanah) dalam berpikir, bertindak dan partisipasinya pun meningkat. Rakyat sebenarnya bagaimana para pemimpinnya. Semakin adil dan bijaksana pemimpin akan membuat kenyamanan dan kesejahteraan bagi rakyat. Kecerdasan rakyat merupakan pantulan (cerminan) dari prilaku elite yang baik.
  5. Efek merupakan dampak, sebuah akibat dari suatu sebab. Penyebabnya adalah bagaimana para komunikator politik berbuat dan bertindak. Dampak positif mulai dari pengetahuan (kognitif), perasaan (afektif) dan dukungan (konatif) akan terjadi bila penyebabnya berbuat positif, bekerja bukan karena nafsu jahat, dan demi kepentingan orang banyak bukan semata-mata kesenangan individunya.

You may also like

Leave a Comment