Inilah Evolusi Marketing dari 1.0 hingga 5.0. Evolusi bersal dari bahasa latin yakni Evolvo yang artinya membentang. Proses evolusi merupakan perubahan pada seluruh bentuk kehidupan dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Dalam kajian biologi, evolusi berarti perubahan pada sifat-sifat terwariskan suatu populasi organisme dari satu generasi ke generasi berikutnya. Di bidang teknologi, evolusi teknologi seluler dimulai dengan 1G dan diikuti oleh 2G, 3G, 4G, hingga 5G.
Dalam dunia pemasaran-pun terjadi evolusi lebih dikarenakan perbedaan, perubahan dan perkembangan generasi. Tentu sangatlah berbeda sikap dan perilaku antar kelompok generasi dalam merespon pesan pemasaran. Saat ini, lima kelompok generasi hidup bersama, mulai Baby Boomers, Generasi X, Generasi Y, Generasi Z, dan Generasi Alpa. Karena itulah, pemasaran harus ditulis ulang karena ia mengalami perubahan dan beradaptasi dengan pasar generasi yang berbeda.
Daftar Isi
Evolusi Dunia Marketing
Dalam perkembangannya, marketing berubah dari Marketing 1.0 Product-Driven Marketing menjadi Marketing 2.0 Customer-Oriented Marketing. Berkembang menjadi marketing 3.0 Human Centric Marketing. Selanjutnya menjadi Marketing 4.0 Moving from Traditional to Digital. Dan akhirnya saat ini memasuki era Marketing 5.0 Technology for Humanity. Simak penjelasannya berikut ini.
1. Marketing 1.0: Berpusat pada Produk
Marketing 1.0 atau pemasaran yang berpusat pada produk, yang dimulai di Amerika Serikat pada 1950-an, terutama di kembangkan untuk melayani Baby Boomers yang kaya, termasuk orangtua mereka. Tujuan utamanya adalah menciptakan produk dan jasa yang sempurna, yang menghasilkan nilai tertinggi dalam benak pelanggan. Produk dan jasa yang menang adalah mereka yang memiliki fitur dan keunggulan yang lebih lengkap dibanding pesaingnya.
Baca juga: Inilah Faktor Yang Mempengaruhi Konsumen Malkukan Pembelian
Dengan tujuan memberikan manfaat terbaik untuk pelanggan, perusahaan mematok harga yang lebih tinggi untuk produk dan jasa setelah beberapa waktu. Jadi, konsep pemasaran yang diciptakan selama masa ini berfokus pada pengembangan produk dan manajemen siklus hidup produk serta menciptakan empat P terbaik (product, price, place, dan promotion). Kepuasan pelanggan menjadi tujuan utama.
Akan tetapi kekurangan terbesar Marketing 1.0 adalah bahwa perusahaan-perusahaan sering mendorong konsumen menggunakan apa yang tidak mereka butuhkan, yang pada gilirannya menciptakan kultur konsumerisme.
2. Marketing 2.0: Berpusat pada Pelanggan
Setelah gerakan kultur tandingan -dan anti konsumerisme- yang terjadi antara pertengahan 1960-an dan pertengah an 1970-an, pemasaran berkembang menjadi formula yang lebih berpusat pada pelanggan. Hal itu kemudian diperkuat dengan terjadinya resesi di awal 1980-an, yang berujung pada turunnya daya beli konsumen secara signifikan. Perilaku hemat Boomers-akhir dan Generasi X menjadi tantangan utama bagi pemasar.
Karenanya di era Marketing 2.0, pembahasan utamanya berpusat pada pemahaman tentang segmentasi, penargetan, dan pemosisian. Perusahaan-perusahaan tidak lagi menciptakan produk dan jasa yang sempurna untuk semua orang. Mereka lebih banyak mempelajari pasar yang menjadi target dan dengan tajam mendefinisikan pemosisian pasar mereka. Perusahaan-perusahaan menyingkirkan fitur dan asesoria tambahan, dan berfokus pada fitur produk terpilih berdasarkan kebutuhan dan keinginan konsumen. Hal itu terlihat pada level penetapan harga yang tepat untuk target yang dituju.
Setelah beberapa waktu, perusahaan juga melakukan upaya yang lebih kuat untuk membangun relasi dengan pelanggan. Pemasar menerapkan pendekatan “manajemen relasi pelanggan untuk mempertahankan pelanggan dan mencegah mereka berpindah ke pesaing. Tujuannya beralih dari “kepuasan pelanggan” ke “mempertahankan pelanggan”.
3. Marketing 3.0: Berpusat pada Manusia
Kebangkitan Generasi Y-dan krisis finansial global-pada akhir 2000-an memicu satu lagi evolusi pemasaran yang signifikan. Diberdayakan oleh akses bebas atas informasi dan terganggu oleh skandal industri finansial, Generasi Y mempunyai level kepercayaan yang rendah terhadap korporasi yang memiliki motif laba semata.
Baca juga: Cara Membangun Komunikasi Pemasaran yang Efektif
Generasi Y menuntut perusahaan menciptakan produk, jasa, dan kultur yang membawa dampak sosial dan lingkungan yang positif. Karena itulah kemudian muncul era pemasaran yang berpusat pada manusia atau Marketing 3.0. Perusahaan-perusahaan mulai menanamkan praktik pemasaran yang etis dan bertanggung jawab secara sosial ke dalam model bisnis mereka.
4. Marketing 4.0: Dari Tradisional ke Digital
Digitalisasi semakin melengkapi tren menuju sentralitas manusia. Generasi Y-dan pada batas tertentu juga Generasi Z condong ke arah ekonomi digital. Kebangkitan internet mobile, media sosial, dan lokapasar telah mengubah jalur pelanggan untuk membeli. Pemasar beradaptasi dengan perubahan tersebut dengan mengomunikasikan dan mengirimkan produk dan jasa mereka melalui kehadiran omnisaluran. Mereka mulai bergerak dari tradisional ke digital dan mengimplementasikan Marketing 4.0.
5. Marketing 5.0: Teknologi untuk Kemanusiaan
Dengan kebangkitan Generasi Z dan Generasi Alfa, inilah waktunya bagi pemasaran untuk berkembang sekali lagi. Minat dan perhatian utama dari dua generasi termuda ini adalah membidik ke dua arah. Pertama, membawa perubahan positif terhadap kemanusiaan dan meningkatkan kualitas hidup manusia. Kedua, mendorong kemajuan teknologi lebih jauh ke depan dalam seluruh aspek kemanusiaan.
Untuk melayani Generasi Z dan Generasi Alfa, pemasar perlu terus mengadopsi teknologi-berikutnya untuk meningkatkan kehidupan manusia. Dengan kata lain, Marketing 5.0 menjadi integrasi antara Marketing 3.0 (human centricity) dan Marketing 4.0 (technology enabler). (Dikutip dari Buku Marketing 5.0 – Teknologi Untuk Kemanusiaan)