...
Home Komunikasi Politik Media Baru dan Media Sosial dalam Politik

Media Baru dan Media Sosial dalam Politik

by Rudi Trianto
Media Baru dan Media Sosial dalam Politik

Media baru dan media sosial dalam politik dipengaruhi oleh teknologi komunikasi. Teknologi memainkan peran penting dalam proses dan praktik komunikasi pada masa kini. Perannya semakin menonjol di tengah masyarakat industri yang sedang bertransformasi menjadi masyarakat informasi. Pada tahap ini, pemanfaatan internet menjadi bagian yang tidak bisa dilepaskan. Teknologi komunikasi berbasis internet sudah menjadi bagian integral dalam kehidupan manusia di segala sektor, termasuk politik, khususnya komunikasi politik.

Pada era teknologi komunikasi, yang melahirkan media berbasis internet seperti media baru dan media sosial, tindakan politik tidak mungkin mengabaikan media. Demikian sebaliknya, media pun tidak dapat melepaskan proses komunikasi politik. Keduanya saling membutuhkan dan terkait satu sama lain. Kita dapat melihat dalam berbagai peristiwa politik di berbagai negara, termasuk Indonesia, media memerankan fungsi khusus dan istimewa.

Teknologi Komunikasi dalam Proses Komunikasi Politik

Mc Omber (dalam Abrar, 2003: 7) mengaitkan teknologi komunikasi dengan kebudayaan melalui beberapa sudut pandang. Pertama, dianggap sebagai faktor yang determinan, independen, dan bisa menciptakan perubahan bagi masyarakat. Kedua, sebagai produk industrialisasi yang diciptakan secara massal dalam jumlah yang sangat banyak. Ketiga, melahirkan alat yang baru dan tidak semua orang bisa mengenalnya dengan baik. Kekuatannya saling memengaruhi antara teknologi komunikasi dan kekuatan sosial yang ada di masyarakat.

Baca: Konsep Dasar Komunikasi Politik

M. Rogers (1986) mendefinisikan teknologi komunikasi merupakan perangkat keras dalam struktur organisasi yang mengandung nilai-nilai sosial, yang memungkinkan setiap individu mengumpulkan, memproses, dan bertukar informasi dengan individu lain. Karakteristik tekonologi komunikasi menurut Rogers, yaitu berkaitan dengan perangkat keras atau alat, muncul dalam suatu struktur ekonomi, sosial, dan politik tertentu, membawa nilai-nilai tertentu dari struktur di atas dan berhubungan dengan perangkat keras di bidang komunikasi.

Teknologi informasi mempengaruhi kehidupan manusia

Teknologi informasi mempengaruhi kehidupan manusia

Webster (1995) melihat definisi masyarakat informasi dari beberapa kriteria.

  1. Technological. Yaitu akan bergantung pada inovasi teknologi yang semakin lama semakin berkembang.
  2. Economic. Yakni akan mempunyai industri informasi yang terbagi dalam lima kategori: pendidikan, media komunikasi, mesin informasi, pelayanan informasi, serta kegiatan informasi lain, seperti penelitian dan kegiatan sosial.
  3. Occupational. Perubahan yang terjadi pada masyarakat informasi menyebabkan perubahan dalam ketersediaan dan kebutuhan tenaga kerja di bidang informasi.
  4. Spatial. Mempunyai jaringan informasi yang terhubung dengan lokasi serta mempunyai efek pada pengorganisasian waktu dan ruang.
  5. Cultural. Masyarakat informasi mengalami perubahan sirkulasi sosial budaya dalam kehidupan seharihari karena informasi tersedia di berbagai saluran (termasuk media) yang ada.

Media Lama dan Media Baru

Ganley (Ward, 1995) menyatakan bahwa media baru memungkinkan individu memainkan peranan yang lebih aktif sebagai warga negara sekaligus sebagai konsumen karena meningkatkan akses dari warga negara yang biasa menjadi lebih terinformasi secara politis yang memungkinkan peningkatan demokrasi. Fenemona ini kemudian dikenal dengan nama citizen journalism.

McQuail (2005), kebanyakan media baru memungkinkan dilakukannya komunikasi dua arah yang bersifat interaktif yang memungkinkan pengumpulan sekaligus pengiriman informasi sehingga implikasinya bisa beragam. Bagi produser, bisa memiliki peluang yang lebih luas untuk dikenal dan melakukan publikasi. Bagi penerbit, dapat memberikan bentuk alternatif untuk melakukan komunikasi dan publikasi sehingga dapat melakukan editing maupun validasi terhadap publikasinya.

Baca: Pemasaran dan Iklan Politik

Dalam artikel “Defining New media Isn’t Easy”, Bailey Socha dan Barbara Eber Schmid dari New media Institute mengartikan new media sebagai segala macam barang yang berkaitan dengan internet, teknologi, gambar, dan suara. Everett M. Rogers (Abrar, 2003) merangkumkan perkembangan media komunikasi ke dalam empat era, yaitu era komunikasi tulisan, komunikasi cetak, telekomunikasi, dan komunikasi interaktif. Media baru berkembang pada era komunikasi interaktif.

Karakteristik New Media

Berikut ini lima karakter yang membedakan media baru dengan media lama atau tradisional pada umumnya, antara lain:

  1. Packet Switcing. Packet switching memberikan cara yang berbeda dalam menyampaikan sebuah pesan. Dengan packet switching yang dimiliki internet, data berupa teks, gambar, suara dapat dikirim bersamaan tanpa berkurang sedikitpun.
  2. Multimedia. Pesan yang dikirimkan melalui media internet dapat dikemas dalam berbagai bentuk, baik suara, gambar, maupun video. Semuanya dapat disajikan secara bersamaan dan melalui beberapa channel.
  3. Interaktif. Tidak semua media konvensional bersifat interaktif, di mana komunikator dan komunikan bisa saling berhubungan secara real time seperti sedang bertatap muka secara langsung. Dalam konteks media baru sebagai sumber informasi, pengguna dapat menjadi producer dan consumer dalam waktu yang bersamaan.
  4. Synchronicity. Pertukaran pesan yang dilakukan melalui media internet tidak terbatas pada ruang dan waktu; semuanya bisa dilakukan kapan dan di mana saja. Terdapat dua tipe komunikasi online, yaitu synchronous commu nication dan asynchronous communication.
  5. Hypertextuality. Media internet menyajikan sesuatu yang berbeda dengan media lama atau tradisional, baik cara mengonsumsi maupun cara memproduksinya. Proses produksi sebuah pesan pada media lama atau tradisional harus mengikuti aturan-aturan pada umumnya. (Wood and Smith, 2005).

Baca: Retorika dan Propaganda Politik

Syarifudin Yunus dalam Jurnalistik Terapan (2010) mengatakan bahwa media online kini menjadi alternatif media yang paling mudah untuk mendapat akses informasi atau berita. Media online adalah sarana mendapatkan informasi paling efektif yang ada di era teknologi informasi. Keunggulan media online terletak pada informasi yang bersifat up to date, real time, dan praktis. Up to date karena media online dapat melakukan update informasi dari waktu ke waktu. Real time karena media online dapat menyajikan informasi dan berita saat peristiwa berlangsung. Praktis karena media online dapat diakses di mana saja dan kapan saja asalkan didukung teknologi internet.

Media Baru dalam Politik

Menurut Alvin Toffler, terdapat tiga gelombang peradaban manusia (Rogers, 1986; Herimanto, 2009):

1. 800 SM – 1500 M, Gelombang pembaruan. Peradaban ini di mulai ketika manusia menemukan dan menerapkan teknologi pertanian, yaitu manusia berubah dari kebiasaan berpindah-pindah menjadi menetap di satu tempat. Ciri masa ini adalah penggunaan “baterai alamiah” yang dapat menyimpan energi yang dapat diperbarui.

2. 1500 M – 1970 M, Masyarakat Industri, yaitu “manusia ekonomis” yang rakus baru lahir pada Zaman Renaissance (pencerahan di Eropa). Implikasinya adalah: Imperialisme dan kolonialisme muncul pada peradaban kedua. Peradaban kedua ini berbudaya produk massa, pendidikan massa, komunikasi massa, dan media massa. Budaya yang merupakan akibat dari perkembangan ilmu pengetahun dan teknologi tumbuh dengan pesat dan menjadi budaya baru, termasuk dalam proses komunikasi politik. Terjadi urbanisasi dan pembangunan kota besar, penggunaan energi yang tidak dapat diperbarui, dan polusi yang menyebab kan kerusakan lingkungan

Baca: Kampanye dalam Komunikasi Politik

3. 1970 – 2000 M, masyarakat informasi, yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut: Pertama, kelangkaan bahan bakar fosil; kembali ke energi yang terbarukan. Internet yang melahirkan new media dan social media mengubah paradigma dan pola pikir dunia. Kedua, proses produksi cenderung menjadi produksi massa yang terkonsentrasi. Ketiga, Terjadi deurbanisasi serta globalisasi karena kemajuan teknologi komunikasi dan informasi. Terakhir, peradaban gelombang ketiga merupakan sintesis dari gelombang pertama (tesis) dan gelombang kedua (antitesis).

Permasalahan New Media

McQuail (2011) melihat permasalahan utama dalam teori tentang new media dengan teori media (lama) yang ada selama ini berkutat pada tiga hal, yaitu:

  1. Power and Inequality. Tidak mudah menempatkan new media dalam hubungannya dengan kepemilikan dan kekuasaan, dimana isi dan arus informasi dikontrol.
  2. Social Integration and Identity. Dianggap sebagai kekuatan yang mampu melakukan disintegrasi terhadap kohesivitas sosial di dalam masyarakat karena dianggap terlalu individualistis dan bisa menembus batas ruang, waktu, serta budaya.
  3. Social Change. Sebagai agen perubahan sosial sekaligus agen perubahan ekonomi yang terencana, di mana tidak adanya kontrol pesan, baik dari pemberi maupun penerima pesan, sangat mungkin terjadi.
Media baru membawa perubahan sosial

Media baru membawa perubahan sosial

Berkenaan dengan permasalahan tersebut, McQuail (2005:) melihat munculnya pola arus informasi baru yang muncul setelah media baru hadir. Model ini terisnpirasi dari ahli telekomunikasi Belanda, J.L. Bordewijk dan B. van Kaam, yang menggunakan empat pola dasar komunikasi yang saling berkaitan.

  1.  Alloculation, informasi didistribusikan dari pusat secara simultan kepada beberapa periferi.
  2. Conversation, individu berinteraksi dengan individu lain dengan memilih partner, topik pembicaraan, waktu, dan tempat komunikasi sesuai keinginannya.
  3. Consultation, merujuk pada variasi situasi komunikasi yang berbeda, di mana individu mencari informasi melalui sumber informasi yang dia inginkan.
  4. Registration, setiap individu ditempatkan dalam sebuah sistem, di mana pusat lebih mempunyai kontrol terhadap individu yang berada pada periferi untuk menentukan isi dari lalu lintas komunikasi.

Kehadiran media baru juga membuat arus informasi berubah dari one-two way communication menjadi super-highway communication yang berimplikasi sebagai berikut: Pertama, mengubah sistem produksi, distribusi, konsumsi, dan budaya komunikasi. Kedua, menciptakan konvergensi teknologi komunikasi atau media. Ketiga, membentuk budaya virtual dan media digital, serta kreatif dan pengetahuan global (creativity and the global knowledge) yang tidak lepas dari dasar pertimbangan ekonomi.

Baca: Opini Publik dalam Komunikasi Politik

New Media dan Dinamika Politik

Dalam buku Communication in Cyberspace (1999) menyatakan bahwa komunikasi cyberspace akibat new media dan social media memunculkan empat hal penting, yaitu identity, social order and control, community structure and dynamics, dan collective action. Dalam konteks ini, yang tergolong sebagai media baru adalah internet, email, website, komputer multimedia, permainan komputer, CD-ROM atau DVD, smartphone, portable media player, video game, dan virtual reality. Sedangkan yang termasuk jenis media sosial adalah Blog, Youtube, Facebook, Twitter, Blackberry Mesenger (BBM), LINE, Google +, WhatApps, dan Instagram.

Hal inilah yang tidak bisa terjadi ketika seseorang hendak melakukan partisipasi politik melalui media tradisional, seperti televisi, radio, atau media cetak. Kontribusi tersebut dapat terjadi karena: Melekatnya sifat interaktivitas pada internet, Potensial untuk komunikasi yang lateral dan horizontal, Point to point komunikasi, Berbiaya murah, Media komunikasi yang cepat, Hilang atau berkurangnya batas-batas nasional, dan bebas dari campur tangan orang lain.

Media elektronik membuka peluang yang besar terjadinya dialog antara politikus dan warga negara yang aktif. Besarnya akses masyarakat menggunakan media membuka besarnya akses masyarakat terhadap politik dan pemerintahan, yang terkadang menciptakan polemik hubungan antara ketiga struktur sosial politik tersebut, yaitu negara, media, dan masyarakat. Negara sudah kehilangan kekuatan dalam mengontrol media dan khalayak sebagaimana pada masa politik opresif. (McQuail, 2011).

Baca: Efek Komunikasi Politik

New media berbasis internet mengubah paradigma lama, baik proses kerja, jangkauan dan akses khalayak, maupun kecepatan distribusi isi yang lebih cepat dan massif. Selain itu juga menciptakan peluang yang lebih besar dan luas tanpa batas sehingga dapat melahirkan partisipasi politik masyarakat yang lebih luas serta menyeluruh. Implikasinya dari pemanfatan internet secara potensial mengubah politik top-down yang opresif dari demokrasi massa kepada bentuk demokrasi dan partisipasi politik yang melibatkan masyarakat lebih luas, besar dan mendalam (McQuail, 2011)

Media Sosial Saluran Komunikasi Politik

Berikut beberapa definisi lain mengenai media sosial (Nasrullah, 2014), di antaranya; Mandibergh (2012), adalah media yang mewadahi kerja sama di antara pengguna yang menghasilkan konten (usergenerated content). Shilky (2008), merupakan alat untuk meningkatkan kemampuan pengguna untuk berbagi (to share) dan bekerja sama (to cooperate) di antara pengguna serta melakukan tindakan secara kolektif yang semuanya berada di luar kerangka institusional maupun organisasi. Van Dik (2013), yakni platform media yang memfokuskan pada eksistensi pengguna yang memfasilitasi mereka dalam beraktivitas maupun berkolaborasi.

Media sosial sebagai saluran komunikasi politik

Media sosial sebagai saluran komunikasi politik

Social media menjadi media favorit saat ini dengan jumlah pengguna yang terus bertambah. Pengguna media sosial bersifat sangat terbuka, tanpa batasan usia dan jenis kelamin, mulai dari level individu, antar pribadi, small group, organisasi, dan masyarakat menjadi pilihan utama dalam proses komunikasi manusia, termasuk komunikasi politik.

Keberadaan media sosial yang booming menyebabkan sebagian media tradisional kehilangan daya pengaruh karena karakteristik keduanya berbeda. Social media lebih murah, efektif, dan efisien dalam proses komunikasi politik, sedangkan media tradisional pengelolaannya cenderung sebagai sebuah institusi besar dengan struktur organisasi yang mempunyai hierarki serta kewenangan yang sangat jelas. Oleh karenanya, media tradisional, termasuk media massa sebagai media lama (old media), dalam pengelolaannya membutuhkan modal besar.

Dengan media sosial, masyarakat bisa belajar dan menambah pengetahuan tentang politik. Masyarakat yang mengerti akan politik akan peduli terhadap lingkungan politiknya. Social media dalam dunia politik sangatlah penting karena pemberian dan penerimaan informasi dapat berlangsung dengan cepat. Apalagi media sosial menjangkau semua kalangan, baik di pedesaan maupun di perkotaan, sehingga fungsi kontrol dapat berjalan dengan baik. Menurut Nasrullah (2014) media sosial memiliki beberapa karakteristik, di antaranya: Jaringan (network), Infomasi (information), Arsip (archive), Interaktif (interaction), Stimuli sosial (stimulation of social), dan Konten oleh pengguna (user generated content).

Baca: Pesan Komunikasi Politik

Peran Media Sosial dalam Kampanye Politik

Penelitian Kopacz and Volgy pada 2005 menyimpulkan bahwa internet merupakan prediktor perolehan suara kandidat yang lebih kuat daripada media broadcast (Bode, 2008). Kesimpulan yang sama oleh Feezell, Conroy, dan Guerrero (2009) yang meneliti mengenai “Online Social Networking Groups and Online Participation” bahwa partisipasi dalam kelompok politik online mampu memprediksi secara kuat partisipasi politik secara online dengan melibatkan anggota online.

Baca juga: Komunikator Politik dalam Komunikas Politik

Untuk mengintegrasikan social media ke dalam strategi kampanye politik, aktor politik dapat mengadopsi metode POST (People, Objectives, Strategy, Technology) dari Forrester (www.forrester.typepad.com), antara lain:

  1. People. Kenali terlebih dahulu siapa Anda dan siapa konstituen atau pendukung Anda. Identifikasi juga stakeholder dan influencer Anda.
  2. Objective. Tetapkan tujuan dan target yang ingin Anda capai melalui social media, misalnya menggalang dana, mencari relawan dan kontributor, mendorong pemilih.
  3. Strategy. Strategi berfungsi untuk menyusun langkah-langkah selama kampanye. Bagaimana cara terlibat dengan konstituen dan pendukung.
  4. Technology. Langkah terakhir yaitu memilih saluran atau platform kampanye dan peralatan untuk memonitor dan mengukurnya, seperti Facebook, Twitter, Youtube, Blog.

Tidak bisa kita pungkiri bahwa perkembangan new media dan media sosial sangat berpengaruh dalam dunia politik dunia. Bahkan kemudian muncul paradigma baru bahwa barangsiapa yang menguasai new media dan media sosial, dia akan menguasai dunia. Paradigma ini tentu saja tidaklah berlebihan mengingat semakin massifnya penggunaan new media dan media sosial dalam berbagai bidang kehidupan manusia. Semoga bermanfaat. www.himso.id

You may also like

Leave a Comment