Home Ilmu Komunikasi Mengenal 20 Teori Komunikasi Interpersonal

Mengenal 20 Teori Komunikasi Interpersonal

by Rudi Trianto
Mengenal 20 Teori Komunikasi Interpersonal

Mengenal 20 Teori Komunikasi Interpersonal. Asumsi dasar komunikasi interpersonal adalah bahwa setiap orang yang berkomunikasi akan membuat prediksi pada data psikologis tentang efek atau perilaku komunikasinya. Yaitu bagaimana pihak yang menerima pesan memberikan reaksinya. Jika menurut persepsi komunikator reaksi komunikan menyenangkan maka ia akan merasa bahwa komunikasinya telah berhasil. Dalam studi ilmu komunikasi, konteks komunikasi interpersonal memiliki banyak sekali macam teori. Tulisan berikut ini akan membahas definisi dan teori-teori komunikasi interpersonal, antara lain teori dissonansi kognitif, teori pertukaran sosial, teori inokulasi, teori kredibilitas, teori behaviorisme, teori interaksi simbolik, dan lain sebagainya.

Definisi Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal atau komunikasi antarpribadi adalah hubungan antar manusia (human relation) yang menunjuk kepada interaksi atau seperangkat keterampilan untuk berkomunikasi secara efektif. Baik secara verbal maupun non verbal dengan ciri langsung, kedekatan secara fisik, melibatkan kepercayaan, keterbukaan, keakraban, dan kehangatan dalam dalam kadar tertentu (Mapiare, 2006).

Menurut Devito (1989) dalam Sugiyo (2005) mendefinisikan komunikasi interpersonal adalah bentuk pengiriman pesan-pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain atau sekelompok orang dangan efek dan umpan balik yang langsung. Supratiknya (1995) menyatakan bahwa komunikasi interpersonal sebagai setiap bentuk tingkah laku seseorang baik verbal maupun non verbal yang ditanggapi oleh orang lain.

Selain itu Effendi (1989) dalam Sugiyo (2005) menyatakan bahwa komunikasi interpersonal adalah Komunikasi yang diangggap paling efektif dalam upaya mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang karena sifatnya yang dialogis dan berupa percakapan. Jenis komunikasi ini dilakukan antara dua orang dan bersifat privat dan eksklusif, identik dengan komunikasi face to face. Pada dasarnya yang menyebabkan seseorang atau manusia itu melakukan komunikasi adalah untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan kebutuhannya untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Komunikasi interpersonal atau komunikasi antarpribadi adalah hubungan antar manusia (human relation) yang menunjuk kepada interaksi atau seperangkat keterampilan untuk berkomunikasi secara efektif. Baik secara verbal maupun non verbal dengan ciri langsung, kedekatan secara fisik, melibatkan kepercayaan, keterbukaan, keakraban, dan kehangatan dalam dalam kadar tertentu (Mapiare, 2006).

Menurut Devito (1989) dalam Sugiyo (2005) mendefinisikan komunikasi interpersonal adalah bentuk pengiriman pesan-pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain atau sekelompok orang dangan efek dan umpan balik yang langsung. Supratiknya (1995) menyatakan bahwa komunikasi interpersonal sebagai setiap bentuk tingkah laku seseorang baik verbal maupun non verbal yang ditanggapi oleh orang lain.

Teori Komunikasi Interpersonal

Berikut adalah beberapa teori komunikasi interpersonal yang dikemukakan oleh para ahli.

Symbolic Interactionism Theory

Digagas oleh George Herbert Mead pada tahun 1934 melalui bukunya yang berjudul Mind, Self, and Society. Teori interaksi simbolik berusaha untuk menggambarkan bagaimana manusia menggunakan bahasa untuk membentuk makna, bagaimana manusia menciptakan serta menampilkan dirinya sendiri, dan bagaimana manusia menggunakan simbol-simbol untuk mencipatakan masyarakat dengan cara bekerja sama dengan orang lain.

Teori ini kemudian dikembangkan oleh Herbert Blumer dengan merumuskan 3 (tiga) buah premis yaitu, pertama Perilaku manusia dipengaruhi oleh makna yang mereka miliki tentang orang lain dan berbagai kejadian. Kedua, Interaksi sangat penting bagi pengembangan dan penyampaian pesan. Ketiga Makna yang dimiliki seseorang tentang berbagai kejadian atau yang lainnya dapat berubah seiring dengan berjalannya waktu

Fundamental Interpersonal Relationship Orientation (FIRO)

Teori Fundamental Interpersonal Relationship Orientation (FIRO) merupakan sebuah teori yang dikenalkan oleh William Schutz pada tahun 1958. Menurut Schutz, teori Fundamental Interpersonal Relationship Orientation atau FIRO merupakan teori yang humanis karena teori ini memiliki kredibilitas intitusi, masuk akal, dan merupakan komunikasi praktis yang kita sering alami sehari-hari. Teori ini menekankan pada 3 (tiga) macam kebutuhan manusia yaitu kebutuhan inklusi, kebutuhan untuk memegang kontrol, dan kebutuhan afeksi.

Baca juga: 12 Prinsip Komunikasi Yang Penting Diketahui

Kebutuhan Inklusi merujuk pada kebutuhan manusia untuk diketahui serta dikenal dalam sebuah interaksi antar manusia sebagai partisipan. Kebutuhan Kontrol merujuk pada keinginan manusia untuk membuat sebuah perbedaan dalam lingkungan sosialnya. Dan kebuttuhan Afeksi merujuk pada kebutuhan dasar manusia yaitu merasakan kehangatan hubungan interpersonal atau perasaan ingin dicintai.

Action Assembly Theory

Teori Action Assembly (Teori Produksi) Pesan digagas oleh John Green pada tahun 1984. Teori Action Assembly berusaha untuk menjelaskan asal muasal pemikiran yang dimiliki oleh manusia dan proses atau cara manusia mengartikan pemikiran-pemikiran itu ke dalam bentuk komunikasi verbal maupun komunikasi nonverbal.

Attribution Theory

Fritz Haider adalah seorang ahli yang mempublikasikan Attribution Theory (Teori Atribusi). Teori menyajikan sebuah kerangka kerja untuk memahami bagaimana individu menafsirkan perilaku dirinya sendiri dan perilaku orang lain. Setiap orang termotivasi untuk memahami perilaku dan menjelaskan pola perilaku. Orang mengembangkan penjelasan personal tentang motif-motif orang lain beserta maknanya yang pada gilirannya mempengaruhi tindakan orang terhadap orang lain.

Constructivism Theory

Constructivism Theory (Teori Konstruktivisme) yang digagas oleh Jesse Delia dkk pada tahun 1980 adalah sebuah teori ilmiah yang berupaya untuk menjelaskan mengapa beberapa orang lebih sukses dalam mencapai tujuan komunikasi interpersonal dibandingkan dengan orang lain. Teori ini juga memprediksi orang yang lebih kompleks secara kognitif akan lebih sukses karena kemampuannya dalam menggunakan logika rancangan retoris dalam menyampaikan pesannya.

Expectancy Violation Theory

Expectancy Violation Theory (Teori Pelanggaran Harapan) adalah teori yang dikenalkan oleh Judee Burgoon dkk pada tahun 1970an. Teori ini berpendapat bahwa penafsiran sebuah pesan tidaklah sesederhana seperti apa yang dikatakan atau bagaimana hal itu dikatakan. Ketika apa yang kita harapkan tidak terjadi dalam sebuah interaksi maka kita akan memberikan perhatian lebih terhadap berbagai kejadian atau peristiwa. Hal buruk terjadi manakala seseorang melakukan pelanggaran terhadap aturan verbal dan nonverbal.

Social Exchange Theory

Social Exchange Theory (Teori Pertukaran Sosial) adalah teori yang digagas oleh John Thibaut dan Harold Kelley. Teori ini didasarkan pada pertukaran rewards dan cost untuk menghitung nilai-nilai keluaran yang berasar dari berbagai situasi yang berbeda bagi individu. Orang akan berupaya untuk mengurangi akibat yang harus dibayar serta memaksimalkan rewards dan kemudian menjadikannya dasar dalam membangun sebuah hubungan dengan orang lain.

Social Penetration Theory

Social Penetration Theory (Teori Penetrasi Sosial) adalah sebuah teori yang digagas oleh Irving Alman dan Dalmas Taylor. Teori ini membuat prediksi tentang pengembangan hubungan yang didasari pada berbagai tingkatan pengungkapan atau penyingkapan diri (self-disclosure). Teori penetrasi sosial menyatakan bahwa dalam sebuah hubungan yang dibangun, komunikasi bergerak dari tingkatan hubungan yang tidak memiliki kedekatan ke tingkatan hubungan yang memiliki kedekatan yang lebih dalam dan lebih pribadi. Semakin banyak waktu yang kita habiskan dengan orang lain, maka kita akan semakin terbuka kepada orang lain.

Mengenal 20 Teori Komunikasi Interpersonal

Mengenal 20 Teori Komunikasi Interpersonal

Coordinated Management of Meaning Theory

Coordinated Management of Meaning Theory (Teori Manajemen Koordinasi Makna) dikenalkan pertama kali oleh Barnett Pearce dan Vernon Cronen di akhir tahun 1970an. Mereka berpendapat bahwa komunikasi merupakan pusat untuk menjadi manusia dan karenanya manusia menciptakan realitas percakapannya sendiri. Menciptakan makna dalam interaksi dicapai dengan menerapkan beberapa aturan berdasarkan isi komunikasi, tindakan yang dilakukan, situasi, hubungan antar komunikator, latar belakang masing-masing individu dan pola-pola budaya. Tujuan komunikasi tidak semata-mata untuk mencapai kesepakatan melainkan mencapai tingkatan koordinasi yang dapat dilakukan oleh komunikator.

Communication Accomodation Theory

Communication Accomodation Theory (Teori Akomodasi Komunikasi) dikembangkan oleh Howard Giles dkk pada kisaran tahun 1960an hingga 1970an. Teori ini menjelaskan ketika berkomunikasi, orang mencari hal-hal untuk mengurangi atau menambah perbedaan antara dirinya dan orang lain. Mereka melakukannya dengan cara berkomunikasi seperti orang lain atau membuat komunikasinya lebih memiliki perbedaan dibandingkan dengan yang lain.

The Relationship Development Models

The Relationship Development Models (Teori Hubungan Pengembangan) disajikan oleh Mark Knapp pada tahun 1980an. Model ini menjelaskan tahapan yang mengidentifikasi dan mengembangkan pemahaman tentang pengalaman komunikasi interpersonal atau komunikasi antar pribadi dalam kerangka perubahan dalam tingkatan kedekatan. Teori ini berguna untuk diterapkan dalam semua situasi dimana komunikasi interpersonal atau komunikasi antar pribadi terjadi. Model ini juga relevan bagi hubungan romatis seperti hubungan platonik atau hubungan gender yang sama.

Speech Act Theory

Speech Act Theory (Teori Tindakan) dikenalkan pertama kali oleh John Austin pada tahun 1960an dan kemudian dikembangkan oleh John Searle pada tahun 1970an. Teori ini mengupas bagaimana orang mencapai segala sesuatunya dengan menggunakan kata-kata dan menjelaskan bagaimana orang menggunakan bahasa sebagai tindakan.

Uncertainty Reduction Theory

Uncertainty Reduction Theory (Teori Reduksi Ketidakpastian) dirumuskan oleh Charles Berger dan Richard Calabrese. Teori ini mengasumsikan bahwa orang ingin interaksi yang stabil dan dapat diprediksi yang dapat membantunya mengurangi ketidakpastian tentang orang lain dan berbagai kejadian atau peristiwa lainnya. Teori ini memberikan pendangan bagaimana ketidakpastian dapat memberikan motivasi perilaku komunikasi khususnya pencarian jenis-jenis informasi, timbal balik, kedekatan verbal, dan lain-lain.

Politeness Theory

Politeness Theory (Teori Etika) dikenalkan kepada publik oleh Penelope Brown dan Stephen Levinson pada tahun 1980. Teori ini berpendapat bahwa orang akan menggunakan pesan-pesan yang berbeda tergantung pada persepsinya terhadap situasi dan pendengar. Teori ini menitikberatkan pada bagaimana orang membentuk pesan-pesan yang ditujukan pada satu atau dua aspek wajah serta faktor-faktor lain yang mempengaruhi produksi pesan.

Baca juga: 9 Bidang Kajian dalam Studi Komunikasi

Relational Dialectics Theory

Relational Dialectics Theory (Teori Penghubung Dialek) disajikan oleh Leslie Baxter dkk. Teori ini menyajikan perubahan hubungan sebagai hasil navigasi individu dan negosiasi secara internal. Teori relational dialectics berpendapat bahwa dalam suatu hubungan terdapat 3 (tiga) dialektik atau rangsangan keinginan yaitu integration-separation, stability-change, dan expression-privacy.

Social Cognitive Theory

Social Cognitive Theory (Teori Sosial Kognitif) berakar dari teori belajar sosial yang dikenalkan pertama kali oleh N.E Miller dan J. Dollard pada 1941. Teori belajar sosial kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh A. Bandura dan R.H Walters dengan menambah prinsip-prinsip pengamatan pembelajaran dan penguatan. Bandura kemudian menyuguhkan sebuah konsep self-efficacy pada tahun 1977. Teori kognisi sosial juga relevan dengan komunikasi kesehatan. Karena teori kognisi sosial menekankan pada aspek kognitif, emosi, serta perilaku untuk memahami perubahan perilaku. Selain itu, berbagai konsep dalam teori kognisi sosial menyuguhkan penelitian perilaku yang baru dalam pendidikan kesehatan.

Theory of Planned Behavior/Reasoned Action

Theory of Planned Behavior/Reasoned Action (Teori Ketentuan Sikap) yang digagas oleh I. Ajzen dan M. Fishbein menyatakan bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh perhatiannya terhadap penampilan perilaku. Pada gilirannya fungsi sikap yang dimilikinya berdampak pada perilaku serta kaidah subyektivitas yang dimiliki. Teori ini merupakan pengembangan dari Teori Reasoned Action dan merupakan teori yang memprediksi perilaku terbatas karena perilaku dapat dibatasi dan direncanakan. Selain digunakan dalam penelitian komunikasi interpersonal, teori ini juga termasuk dalam teori komunikasi pemasaran serta teori komunikasi persuasif.

ACT Theory

ACT Theory adalah sebuah teori umum kognisi yang dikembangkan oleh John Anderson yang menekankan pada proses memori. Teori ini berpendapat bahwa semua pengetahuan diawali dengan informasi yang dinyatakan. Pengetahuan procedural dipelajari dengan membuat inferensi dari berbagai pengetahuan faktual yang telah ada sebelumnya. Teori ACT didukung oleh 3 (tiga) jenis pembelajaran yang mendasar yaitu generalisasi, diskriminasi, serta penguatan.

Cognitive Dissonance Theory

Cognitive Dissonance Theory (Teori Disonansi Kognitif) digagas oleh Leon Festinger. Teori yang diadaptasi dari psikologi sosial ini memiliki dua konsep utama yaitu kognitif (pikiran) dan disonansi (konflik). Yang dimaksud dengan disonansi kognitif adalah konflik psikologis yang terjadi ketika individu berhadapan dengan dua kepercayaan atau lebih yang tidak sesuai secara bersamaan. Untuk mengatasinya, ia menerapkan strategi mengurangi disonansi hingga tercapai keseimbangan. Teori ini juga digunakan dalam konteks komunikasi massa dan termasuk dalam teori efek media massa.

Elaboration Likelihood Model

Elaboration Likelihood Model (Teori Elaborasi) dikenalkan oleh Richard E. Petty dan J. Cacioppo yang didasarkan pada sebuah gagasan bahwa sikap sangat penting karena sikap membimbing berbagai keputusan dan perilaku lainnya. Sikap dapat dihasilkan dari sejumlah hal dan persuasi adalah sumber utamanya. Dalam model ini terdapat dua rute pengaruh persuasif, yaitu sentral dan peripheral. Selain digunakan dalam komunikasi interpersonal, model ini juga digunakan dalam bidang public relations, serta komunikasi pemasaran.

You may also like