Home Komunikasi Penyiaran Media Penyiaran dan Teori Komunikasi

Media Penyiaran dan Teori Komunikasi

by Rudi Trianto
Media Penyiaran dan Teori Komunikasi

Media penyiaran dan teori komunikasi adalah dua sisi yang tidak terpisahkan. Pembahasan tentang media penyiaran tentu akan melibatkan teori-teori komunikasi yang membangunnya. Perkembangan dunia penyiaran tidak bisa terpisahkan dari perkembangan teori komunikasi. Kemampuan media penyiaran untuk menyampaikan pesan kepada khalayak luas menjadikan media penyiaran sebagai objek penelitian penting dalam ilmu komunikasi massa, selain ilmu komunikasi lainnya yaitu ilmu komunikasi pribadi, komunikasi kelompok dan komunikasi organisasi.

Media penyiaran merupakan organisasi yang menyebarkan informasi yang berupa produk budaya atau pesan yang mempengaruhi dan mencerminkan budaya dalam masyarakat. Seperti halnya politik dan ekonomi, media massa khususnya media penyiaran merupakan suatu sistem tersendiri yang merupakan bagian dari sistem kemasyarakatan yang lebih luas.

Media Penyiaran

Merupakan saluran komunikasi massa yang memiliki ciri-ciri khusus yaitu mempunyai kemampuan untuk menarik perhatian khalayak secara simultanenous (serempak) dan seinstantenesous (serentak). Mass media adalah media komunikasi dan informasi yang melakukan penyebaran secara massal dan dapat diakses oleh masyarakat secara massal pula. Mass media juga merupakan institusi yang berperan sebagai agent of change, yaitu sebagai institusi pelopor perubahan. Ini adalah paradigma utama media massa.

Menurut Burhan Bungin (2006) media penyiaran berperan sebagai: Pertama, Institusi pencerahan masyarakat, yaitu sebagai media edukasi. Kedua, Media informasi, yaitu media yang setiap saat menyampaikan informasi kepada masyarakat. Ketiga, Media hiburan (entertainment). Informasi massa merupakan informasi yang untuk masyarakat secara massal, bukan informasi untuk konsumsi pribadi. Dengan demikian, maka informasi massa adalah milik publik, bukan untuk individu masing-masing.

Media memiliki peran sentral dalam menyaring informasi dan membentuk opini masyarakat sementara peran lainnya adalah menekankan pentingnya media massa sebagai alat kontrol sosial. Dari segi makna, “media massa” adalah alat asarana untuk menyebarluaskan berita, analisis, opini, komentar, materi pendidikan dan hiburan. Sedangkan dari segi etimologis, “media massa” adalah “komunikasi massa” yang memiliki arti sebutan lumrah di kalangan akademis untuk studi “media massa”.

Klasifikasinya

Klasifikasi saluran komunikasi massa terdiri dari media elektronik dan media cetak, namun dalam perkembangannya muncul istilah media cyber yang terdiri dari media online dan internet. Media massa elektronik terbagi menjadi (radio, televisi) dan Media Non Penyiaran, sedangkan Media Cetak yaitu surat kabar dan majalah.

Riswandi dalam buku Dasar-Dasar Penyiaran (2009) menjelaskan bahwa media ini adalah radio dan televisi dengan pemahaman: Radio adalah media elektronik yang bersifat khas sebagai media audio. Oleh karena itu, ketika khalayak menerima pesan dari pesawat radio, khalayak pada tatanan mental yang pasif dan bergantung pada jelas tidaknya kata-kata penyiar. Televisi merupakan media yang dapat mendominasi komunikasi massa karena sifatnya yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan khalayak. Berikut ini adalah pembagian saluran komunikasi untuk melakukan komunikasi yang baik dengan rincian sebagai berikut:

"Gambar

Radio

Radio sebagai salah satu media penyiaran memiliki karakteristik yang sangat khas daripada media penyiaran lainnya. Karakteristik radio antara lain sebagai berikut:

  1. Imajinatif. Pesan radio mengajak komunikannya untuk berimajinasi karena pesannya selintas dan menggunakan indera pendengar. Radio bersifat theatre of mind artinya radio mampu menciptakan gambar (makes picture) dalam pikian pendengar melalui kekuatan kata dan suara.
  2. Auditori. Sifat ini muncul sebagai konsekuensi dari sifat radio yang auditori. Manusia mempunyai kemampuan mendengar yang terbatas, maka pesan komunikasi melalui radio hanya selintas. Pendengar tidak dapat mendengar kembali (rehearing), karena ia tidak bisa meminta kepada komunikator atau penyiar untuk mengulang informasi yang hilang kecuali ia merekamnya. Dengan perkataan lain, pesan radio tersusun secara singkat dan jelas (concise an clear).
  3. Akrab atau Intim. Kita jarang mendengar acara siaran radio secara khusus. Pada umumnya kita mendengar radio sambil melakukan kegiatan atau melaksanakan pekerjaan lainnya.
  4. Identik dengan Musik. Radio adalah sarana hiburan termurah dan tercepat sehingga menjadi media utama untuk mendengarkan musik.
  5. Mengandung gangguan. Gangguan antara lain seperti timbul tenggelam atau fading suara dan gangguan teknis (channel noise factor)

Keunggulan Radio

Riswandi (2009) menjabarkan keunggulan radio sebagai media penyiaran, antara lain sebagai berikut:

  1. Cepat dan Langsung. Radio adalah sarana tercepat, dari surat kabar atau televisi dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat tanpa lewat proses yang kompleks dan butuh waktu yang lama seperti TV dan media cetak.
  2. Akrab. Radio adalah alat yang “mendekatkan” atau mengakrabkan pendengar atau khalayak dengan penyiar bahkan dengan pemiliknya.
  3. Hangat. Perpaduan antara kata-kata, musik, dan efek suara dalam siaran radio mampu mempengaruhi emosi pendengar.
  4. Tanpa batas. Siaran radio mampu menembus batas-batas geografis dan kultural serta kelas sosial. Bahkan hanya orang “tunarungu” yang tidak mampu menikmati sebuah siaran radio.
  5. Murah. Harga dari pesawat radio sekaligus mendengarkan siarannya relatif jauh lebih murah daripada harga sebuah televisi atau berlangganan media cetak.
  6. Fleksibel. Menikmati siaran radio bisa sambil mengerjakan hal lain atau tanpa menganggu aktivitas lain seperti belajar, memasak, mengemudi, membaca surat kabar, dan sebagainya.
Salah satu media penyiaran adalah radio

Salah satu media penyiaran adalah radio

Andy Rustam dalam sebuah makalah kepenyiaran menyebutkan bahwa kelebihan dan kekuatan radio adalah sebagai berikut:

  1. Menjaga Mobilitas. Pendengarnya tetap pada mobilitas tinggi.
  2. Informasi tercepat. Tercepat dalam artian kesegaran informasinya.
  3. Auditif. Suara mempunyai kelebihan dalam pendekatan dengan pendengar
  4. Menciptakan theather of mind. Imajinasi yang mengoda rasa penasaran pendengar.
  5. Komunikasi Personal. Menciptakan keakraban dengan pendengar
  6. Murah. Operasional radio jelas murah daripada televisi
  7. Mass Distributor. Sebagai distributor informasi, edukasi, dan hiburan yang simultan
  8. Format dan Segmentasi Tajam. Konsep radio menajamkan format dan segmentasi pendengar.
  9. Daya Jangkau Luas. Areal sasaran yang luas untuk mengatasi hambatan geografis, cuaca, dan sistem distribusi
  10. Menyentuh kepentingan lokal dan regional. Kebutuhan untuk mengetahui situasi lokal dan regionalnya

Kelemahan Radio.

Riswandi (2009) menjelaskan kelemahan atau kekurangan radio sebagai media penyiaran, antara lain:

  1. Selintas. Siaran radio cepat hilang dan mudah terlupakan. Pendengar tidak bisa mengulang siaran radio, tidak seperti pembaca surat kabar yang bisa mengulang bacaannya dari awal tulisan.
  2. Batasan Waktu. Waktu siaran radio relatif terbatas hanya 24 jam sehari, berbeda dengan surat kabar yang bisa menambah jumlah halaman dengan bebas.
  3. Beralur Linier. Sajian program kepada khalayak berdasarkan urutan yang sudah ada (rundown)

Televisi

Televisi sebagai media penyiaran memiliki karakteristik antara lain:

  1. Audiovisual. Televisi memiliki kelebihan berupa audio visual, karena sifatnya tersebut televisi menampilkan informasi-informasi beserta gambar, baik gambar diam seperti foto, gambar peta maupun film berita yaitu rekaman peristiwa.
  2. Berpikir dalam gambar. Ada 2 tahap dalam proses ini. Pertama, visualisasi yaitu menerjemahkan kata-kata yang mengandung gagasan yang menjadi gambar-gambar. Kedua, penggambaran (picturization) yakni kegiatan merangkai gambar-gambar individual sedemikian rupa sehingga kontinuitas mengandung makna tertentu.
  3. Pengoperasian cara kerja yang kompleks. Pengoperasian televisi lebih kompleks daripada radio karena lebih banyak melibatkan alat serta orang.

Kekuatan Televisi

Televisi sebagai media penyiaran paling popular abad ini memiliki kelebihan atau kekuatan antara lain:

  1. Lebih Powerfull dalam Menarik Perhatian. Televisi yang menggabungkan antara audio dan gambar membuat tampilan menjadi lebih menarik. Masyarakat memang lebih berminat dengan televisi ini daripada media jenis lainnya.
  2. Media Informasi yang Praktis. Televisi memiliki kepraktisan dalam tayangannya. Mencakup sebagi media hiburan, media periklanan, media informasi.
  3. Up to date dan Bersifat Langsung (Live). Televisi mampu memberikan informasi secara cepat dan langsung. Khususnya siaran berita secara langsung (live) atau up to date.
  4. Tayangan yang Beragam. Televisi mampu memberikan segala bentuk tayangan. Mulai dari musik, film, berita, show, kuis, dan lain-lain
  5. Bersifat Non Stop. Siaran televisi aksesnya selama 24 jam non stop tanpa henti. Pada umumnya televisi bersifat non stop di mana setiap jamnya akan selalu ada acara yang berkelanjutan tanpa libur tayang.
Televisi menjadi media penyiaran paling favorit

Televisi menjadi media penyiaran paling favorit

Kekurangan Televisi

Selain memiliki kelebihan, televisi tentu memiliki kelemahan antara lain adalah sbagai berikut:

  1. Segmen terlalu luas. Program Tayangan televisi sangat banyak jenisnya. Segmennya mulai anak-anak hingga lansia. Di sinilah letak permasalahan jenis tayangan secara acak. Sehingga tak jarang terdapat tayangan televisi tidak sesuai dengan usianya.
  2. Komunikasi satu arah. Televisi hanya menyediakan komunikasi satu arah. Artinya, penonton hanya dapat menyimak media di televisi, tetapi tidak dapat memberikan respons langsung kepada mereka.
  3. Jaringan Penyebaran. Tidak semua stasiun televisi mampu menjangkau seluruh daerah di Indonesia, terutama area-area pelosok terpencil. Hal inilah yang membuat informasi tidak menyebar secara merata. Kendala sinyal antenna juga mengakibatkan tayangan tidak stabil atau mudah hilang di tengah tayangan, sehingga mengganggu penonton yang menyimaknya;
  4. Tidak dapat mencari informasi sesuai waktu dan keinginan. Apa yang telah lewat tidak dapat terulang (kecuali menunggu waktu tayang) dan tidak dapat mencari informasi berdasarkan keinginan.

Teori Komunikasi

Kemampuan media penyiaran untuk menyampaikan pesan kepada khalayak luas menjadikan media penyiaran dan teori komunikasi sebagai objek penelitian penting dalam ilmu komunikasi massa, di samping ilmu komunikasi lainnya yaitu ilmu komunikasi pribadi, komunikasi kelompok dan komunikasi organisasi. Media massa khususnya media penyiaran merupakan suatu sistem tersendiri.

Baca juga: Konsep Dasar Komunikasi Penyiaran

Studi komunikasi massa secara umum membahas dua hal pokok yaitu: Pertama, Studi komunikasi massa yang melihat peran media massa terhadap masyarakat luas beserta institusi-institusinya. Pandangan ini menggambarkan keterkaitan antara media dengan berbagai institusi lain, seperti institusi politik, ekonomi, agama dan sebagainya. Teori-teori yang berkenaan dengan hal ini berupaya menjelaskan posisi atau kedudukan media massa dalam masyarakat dan terjadinya saling mempengaruhi antara berbagai struktur kemasyarakatan dengan media. Kedua, Studi komunikasi massa yang melihat hubungan antara media dengan audiennya, baik secara kelompok maupun individual. Teori-teori mengenai hubungan antara media audien terutama menekankan pada efek-efek individu dan kelompok sebagai hasil interaksi dengan media.

Teori Komunikasi Massa

Secara umum, teori komunikasi massa terbagi ke dalam 2 (dua) kelompok yaitu teori komunikasi massa linear dan sirkuler sebagai berikut:

Teori Komunikasi Linear

Teori-teori awal mengenai komunikasi massa mengambarkan proses berjalannya pesan secara satu arah (linear) one way direction. Teori Komunikasi Linear antara lain adalah:

Gambar Teori Komunikasi Massa Linear

Gambar Teori Komunikasi Massa Linear

  1. Stimulus Respon (S-R theory). Teori ini menggambarkan proses komunikasi secara sederhana yaitu hanya melibatkan dua komponen yaitu pengirim pesan yaitu media penyiaran sebagai pemberi stimulus; dan khalayak media penyiaran sebagai penerima dengan menunjukkan responnya. Teori ini merupakan dasar dari teori jarum hypodermis atau teori peluru
  2. Model Aristoteles. Model komunikasi klasik ini hanya memiliki 3 unsur yakni speaker, message, dan listeners. Menjelaskan bahwa persuasi speaker terhadap listener melalui faktor-faktor etos (kepercayaan penyiar), logos (logika penyiar), dan pathos (memancing emosi khalayak).
  3. Model AIDA. Teori komunikasi linear ini memiliki empat tahapan yaitu A (Attention) menciptakan perhatian, I (interest) menimbulkan ketertarikan, D (Desire) meningkatkan hasrat dan keinginan, A (Action) merangsang tindakan.
  4. Berlo (Berlo’s-Model). Model Komunikasi ini adalah model SMCR yaitu Source (sumber yaitu media atau penyiar), Message (pesan yakni materi siaran, isi siaran atau program), Channel (saluran atau media massa lembaga penyiaran, Receiver (komunikan yaitu pendengar).
  5. Harold Lasswell. Teori komunikasi ini menguraikan perincian Who (komunikator atau penyiar), Says What (pesan atau bahan isi pesan), In Which Channel (media yang digunakan), To Whom (pendengar atau receiver), With What Effects (akibat atau efek pesan).

Teori Komunikasi Sirkuler

Terdapat beberapa teori komunikasi sirkuler oleh para ahli antara lain adalah sebagai berikut:

  1. Teori atau Model Komunikasi Melvin DeFleur. Dalam teori ini De Fleur memasukkan feed back atau umpan balik dari penerima pesan kepada komunikator untuk dapat lebih efektif dalam membangun sebuah komunikasi. Teori ini berbeda dengan teori komunikasi linear yang menganggap umpan balik bersifat lambat atau tidak segera.
  2. Model Komunikasi Joseph R.Dominick. Teori komunikasi ini memiliki urutan: lingkungan, media massa, saluran, khalayak, dan umpan balik. Pada teori ini proses komunikasi tidak berawal dari komunikator tetapi berasal dari lingkungan atau peristiwa.
  3. Teori Konstruksi Sosial Berger and Luckman. Dalam teori ini memiliki substansi dan pendekatan konstruksi sosial atas realitas melalui 3 proses yakni eksternalisasi, objektivitas, dan internalisasi yang semuanya terjadi secara alamiah melalui bahasa keseharian. Tidak perlu memasukkan media massa sebagai variable yang berpengaruh dalam sebuah konstruksi sosial atas realitas.
  4. Teori Konstruksi Sosial Media Massa Burhan Bugin. Merupakan bentuk kritisi terhadap teori konstruksi sosial Berger and Luckman. Konstruksi Sosial Media Massa Burhan Bungin ini memasukkan media massa sebagai salah satu faktor dalam melahirkan konstruksi sosial melalui tahapan menyiapkan materi konstruksi, sebaran konstruksi, pembentukan konstruksi, dan tahap konfirmasi.

Demikian pembahasan media penyiaran dan teori komunikasi. Semoga bermanfaat. www.himso.id

You may also like

Leave a Comment