Home Ilmu Komunikasi Tantangan Public Relations di Era Digital

Tantangan Public Relations di Era Digital

by Rudi Trianto
Tantangan Public Relations di Era Digital

Tantangan Public Relations di Era Digital. Di era digital yang serba cepat ini, hampir semua aspek kehidupan kita dipengaruhi oleh teknologi. Data terdigitalisasi dan komputerisasi menjadi bagian tak terpisahkan dari aktivitas sehari-hari. Public Relations (PR) atau kehumasan juga harus beradaptasi dengan perubahan ini untuk tetap relevan dan efektif. Media tradisional mengalami penurunan pengaruh. Sementara media digital seperti situs web, blog, dan media sosial mengambil alih sebagai saluran utama komunikasi. Tantangan-tantangan baru muncul bagi praktisi PR dalam menjaga citra dan membangun hubungan baik dengan publik di dunia yang semakin digital.

Public Relations dan Perkembangan Media Digital

Public Relations merupakan proses manajemen komunikasi antara organisasi dan publiknya dengan tujuan membangun, memelihara, dan mengelola citra serta reputasi. Definisi ini berkembang seiring dengan penggunaan teknologi digital serta mengalami perubahan cara dalam mencapai tujuan ke-PR-an. Peran PR di era digital berubah dan berkembang meliputi manajemen media sosial, analisis data, pembuatan konten digital, dan keterlibatan komunitas online.

Kehadiran teknologi digital memang mengubah cara kerja di berbagai bidang, termasuk kehumasan. Di sisi lain, kehadiran teknologi ini juga bisa menghadirkan peluang jika dimanfaatkan dengan benar. Tidak hanya mempermudah, tapi juga bisa memberi inovasi-inovasi baru di dunia kehumasan. Ada banyak jenis pekerjaan baru di bidang kehumasan yang hadir karena hasil adaptasi dari perkembangan teknologi. Misalnya saja pekerjaan social media strategist yang kini sedang menjadi tren.

Baca juga: Peran Penting Public Relations dalam Menangani Krisis

Diskusi tentang tantangan kehumasan ini pernah dilakukan para praktisi humas dalam International Public Relation Summit (IPRS) 2018 dengan tema “Shifting The Power of Strategic Communication In The Era of Digital Economy”. Dalam diskusi tersebut, Perhimpunan Hubungan Masyarakat Indonesia (Perhumas) menyebut bahwa peran kehumasan tidak bisa diganti begitu saja karena kecanggihan teknologi. Kompetensi kehumasan membutuhkan kombinasi yang unik antara nalar, intuisi, empati, emosi, dan juga kreativitas.

Kehumasan memiliki peran penting dalam menjaga citra dan membangun hubungan baik dengan internal, stakeholder, maupun masyarakat. Pekerjaan ini tentu tidak bisa dikatakan mudah. Seorang praktisi humas harus memiliki banyak kemampuan, baik itu soft skill maupun hard skill. Tapi, apakah kemampuan itu bisa menjadi bekal untuk beradaptasi dengan era digital seperti saat ini? Inilah tantangan yang harus dijawab oleh praktisi humas.

Tantangan Public Relations di Era Digital

Perubahan dunia digital yang begitu masif dan cepat menghadirkan peluang besar. Sekaligus memiliki tantangan yang harus dihadapi oleh praktisi PR. Berikut ini adalah 5 tantangan PR di era digital.

1. Media Sosial yang Beragam

Media sosial telah menjadi pilar utama dalam strategi PR modern karena kemampuannya menjangkau audiens secara luas dengan cepat. Platform seperti Facebook, Instagram, Twitter (X), TikTok, YouTube, dan WhatsApp memiliki penggunaan yang luas di seluruh dunia. Platform baru ini memungkinkan perusahaan untuk berinteraksi langsung dengan konsumen potensial mereka. Namun, dengan kecepatan dan volume informasi yang tersebar di media sosial, praktisi PR dihadapkan pada tantangan besar untuk menjaga keakuratan dan keaslian informasi. Setiap platform memiliki algoritma yang berbeda-beda yang mempengaruhi cara konten ditampilkan dan direspon oleh pengguna. Oleh karena itu, memahami karakteristik dan algoritma setiap platform menjadi kunci dalam mengoptimalkan strategi komunikasi PR.

Tantangan lainnya adalah dalam menghadapi potensi penyebaran informasi palsu (hoax) atau berita yang tidak valid secara cepat di media sosial. Hal ini menuntut praktisi PR untuk memiliki keterampilan analitis yang kuat dalam memilah dan menanggapi informasi dengan cepat. Dengan memanfaatkan alat analisis data dan membangun pemahaman yang mendalam tentang perilaku pengguna di media sosial, praktisi PR dapat merancang strategi komunikasi yang tepat sasaran dan efektif untuk mencapai tujuan PR perusahaan.

2. Perubahan Perilaku Audiens

Era digital telah mengubah perilaku konsumen dalam mengonsumsi informasi dan berinteraksi. Praktisi PR harus menyadari bahwa setiap media sosial memiliki demografi dan perilaku audiens yang berbeda-beda. Memahami preferensi dan kebiasaan audiens adalah kunci dalam merancang konten dan pesan yang relevan dan menarik. Analisis perilaku audiens meliputi pemahaman tentang bagaimana mereka berinteraksi dengan konten, apa yang mereka cari dari interaksi, dan bagaimana preferensi mereka dalam menerima informasi. Dengan memanfaatkan data analisis dan insight yang diperoleh dari platform media sosial, praktisi PR dapat menyesuaikan strategi komunikasi agar lebih efektif dalam mencapai target audiens dan membangun hubungan yang berkelanjutan dengan mereka.

Tantangan yang dihadapi selanjutnya adalah dalam mengikuti perubahan tren dan preferensi audiens yang cepat berubah di dunia digital. Mereka harus tetap adaptif dan responsif terhadap perubahan ini untuk tetap relevan dan efektif dalam komunikasi PR. Dengan memanfaatkan alat analitik dan pemahaman yang mendalam tentang perilaku online, praktisi PR dapat mengoptimalkan interaksi dengan audiens dan memperkuat brand image perusahaan secara efektif di era digital ini.

Tantangan Public Relations di Era Digital

Tantangan Public Relations di Era Digital

3. Munculnya Reputasi Online

Dalam era digital, reputasi online menjadi aspek krusial yang harus dikelola dengan hati-hati oleh praktisi PR. Media sosial memberikan kebebasan kepada pengguna untuk memberikan komentar dan ulasan tentang sebuah perusahaan atau merek. Hal ini menjadikan reputasi online sangat rentan terhadap perubahan mendadak dan pernyataan negatif yang dapat berdampak besar terhadap citra perusahaan. Praktisi PR harus memonitor dengan cermat dan merespons dengan cepat terhadap setiap komentar atau ulasan, baik yang positif maupun negatif, yang mungkin muncul di platform media sosial. Dengan strategi yang tepat, mereka dapat mengubah situasi krisis menjadi peluang untuk memperbaiki citra perusahaan dan membangun kepercayaan publik yang lebih kuat.

Menjaga reputasi online juga memerlukan strategi proaktif dalam membangun hubungan positif dengan stakeholder dan masyarakat. Hal ini dapat dilakukan dengan menghasilkan konten yang informatif dan bermakna, serta mempromosikan nilai-nilai positif perusahaan secara konsisten melalui platform media sosial. Dengan membangun hubungan yang baik dan berkomunikasi secara transparan dengan publik, praktisi PR dapat meminimalkan risiko terhadap reputasi online dan menjaga citra perusahaan dalam jangka panjang.

4. Privasi dan Keamanan Data

Privasi dan keamanan data merupakan tantangan serius yang dihadapi oleh praktisi PR dalam era digital ini. Dengan semakin banyaknya data yang dikumpulkan dan dipertukarkan secara online, perusahaan harus memastikan bahwa informasi yang mereka kelola aman dari ancaman kebocoran atau penyalahgunaan. Praktisi PR bertanggung jawab untuk mengamankan data klien dan konsumen dengan menggunakan teknologi keamanan yang mutakhir serta mengimplementasikan kebijakan privasi yang ketat. Dengan mematuhi regulasi dan standar keamanan data yang berlaku, mereka dapat membangun kepercayaan dengan publik dan memastikan bahwa informasi yang mereka kelola tetap terlindungi.

Selain itu, praktisi PR harus senantiasa waspada terhadap upaya peretasan dan serangan siber yang dapat merusak reputasi perusahaan. Mereka perlu memiliki rencana darurat yang siap diimplementasikan untuk menanggapi insiden keamanan data secara efektif dan tepat waktu. Dengan mengintegrasikan keamanan data ke dalam strategi komunikasi dan operasional perusahaan, praktisi PR dapat meminimalkan risiko yang terkait dengan privasi dan keamanan data serta menjaga citra perusahaan yang bersih dan dapat dipercaya di mata publik.

5. Profesionalisme dan Etika.

Profesionalisme dan etika tetap menjadi landasan yang penting bagi praktisi PR dalam menghadapi tantangan di era digital ini. Dalam mengelola komunikasi dan hubungan dengan klien, stakeholder, dan masyarakat luas, mereka harus menjaga integritas dan mengutamakan kebenaran serta transparansi. Menampilkan sikap yang profesional dalam setiap interaksi, baik secara langsung maupun melalui platform digital, merupakan kunci untuk membangun reputasi dan kredibilitas perusahaan. Praktisi PR harus selalu memberikan informasi yang akurat, menanggapi pertanyaan atau komentar dengan cepat dan sopan, serta menghormati kepentingan dan privasi semua pihak yang terlibat.

Selain itu, dalam menghadapi berbagai perubahan teknologi dan dinamika pasar, praktisi PR juga harus tetap mengutamakan nilai-nilai etika dalam setiap keputusan dan tindakan mereka. Hal ini mencakup penggunaan platform media sosial secara bertanggung jawab, menghindari praktik-praktik manipulatif atau menyesatkan dalam komunikasi, serta berkomitmen untuk menjaga standar moral yang tinggi dalam setiap aspek pekerjaan mereka. Dengan menunjukkan komitmen yang kuat terhadap profesionalisme dan etika, praktisi PR dapat membangun hubungan yang saling menguntungkan dengan klien dan masyarakat serta memperkuat posisi perusahaan dalam industri yang semakin kompetitif ini.

Baca juga: CSR Bentuk Kepedulian Sosial ataukah Sekedar Pencitraan

Peluang Public Relations di Era Digital

Saat ini muncul istilah baru di dunia kehumasan. Istilah tersebut adalah digital public relations atau cyber public relations. Secara harfiah, ini berarti kegiatan PR yang menggunakan media internet. Menurut Hidayat (2014) Digital public relations merupakan kegiatan PR yang dilakukan dengan sarana media internet untuk membangun merek atau brand perusahaan serta memelihara kepercayaan, pemahaman, dan citra perusahaan kepada publik.

Era digital merupakan era di mana pengguna internet semakin banyak dan mampu memperoleh informasi dengan lebih cepat. Hal ini membuka peluang besar bagi para praktisi PR untuk memanfaatkan platform digital dalam strategi komunikasi mereka. Dengan menggunakan internet, PR dapat menjangkau audiens yang lebih luas dan beragam. Konten dapat disebarkan dengan cepat dan interaksi dengan publik dapat dilakukan secara real-time.

Para praktisi kehumasan harus pandai beradaptasi dengan kecanggihan yang hadir di era digital seperti saat ini. Namun, tidak perlu khawatir tentang peran humas yang bisa diambil alih oleh artificial intelligence (AI). Meskipun AI dapat membantu dalam analisis data dan automasi tugas-tugas tertentu, kinerja kehumasan memerlukan intuisi, naluri, dan emosi yang tidak dimiliki oleh AI.

Dengan demikian, meskipun tantangan di era digital cukup besar, peluang yang tersedia juga sangat luas. Praktisi PR yang mampu menggabungkan teknologi dengan keahlian komunikasi tradisional akan dapat memanfaatkan era digital ini untuk mencapai keberhasilan yang lebih besar. Digital public relations bukan hanya tentang menggunakan teknologi, tetapi juga tentang bagaimana memanfaatkan teknologi untuk membangun hubungan yang lebih kuat dan positif dengan publik.

Dengan memanfaatkan peluang yang ada dan menghadapi tantangan dengan strategi yang tepat, Public Relations di era digital dapat menjadi lebih efektif dan efisien. Adaptasi yang baik terhadap teknologi akan memungkinkan PR untuk terus berkembang dan memberikan kontribusi signifikan bagi citra dan reputasi perusahaan.

Oleh: Rudi Trianto – Mahasiswa Magister Ilmu Komunikasi Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

You may also like