Dalam konteks politik, khalayak adalah sejumlah besar orang yang menerima pesan-pesan politik dari komunikator politik melalui berbagai saluran atau media komunikasi politik. Menurut pengertian umum dalam komunikasi, maka pihak yang menjadi tujuan sesuatu pesan adalaht sebagai penerima (receiver), atau khalayak (audience), atau komunikan. Khalayak juga biasa disebut dengan istilah penerima, sasaran, pembaca, pendengar, pemirsa, audien, decoder atau komunikan.
Daftar Isi
Pengertian Khalayak – Audien Komunikasi Politik
Berikut ini adalah pengertian khalayak atau audien komunikasi politik menurut beberapa ahli:
- Sobur (2014), publik atau khalayak adalah suatu kelompok atau orang-orang yang sedang berhadapan dengan isu (permasalahan) yang sulit serta saling berbeda pandangan, berbeda pendirian, serta pemecahannya.
- Jalaluddin Rakhmat menjelaskan pengertian khalayak dengan sejumlah orang yang heterogen. Mereka menjadi khalayak komunikasi politik segera setelah mereka “mengkristal” menjadi opini publik.
- Arthur F.Bentey dalam bukunya The Process of Government sebagaimana pendapat Dan Nimmo memberikan pengertian yang mengarah pada pemahaman tentang khalayak sebagai bagian tertentu dari orang-orang dalam masyarakat yang diperlakukan tidak sebagai massa fisik yang terpisah dari masa yang lain, tetapi sebagai “kegiatan massa yang tidak menghalangi orang yang berpartisipasi di dalamnya untuk berpartisipasi juga dalam banyak kegiatan kelompok yang lain”.
- Dan Nimmo berpendapat, khalayak merupakan sejumlah orang yang bertindak atau cenderung bertindak yaitu, dalam berbagai tahap tindakan. Sebagai suatu kegiatan, suatu kelompok terdiri atas orang-orang yang melakukan kegiatan yang bersama tanpa menghiraukan apakah yang mendasari kegiatan itu berupa organisasi formal atau tidak formal.
- Blumer dalam Mc Quail (2005) khalayak massa (mass audience) merupakan suatu bentuk sosial masyarakat yang memiliki ciri-ciri: sejumlah besar orang, tersebar luas, tidak saling berinteraksi, tidak bernama, heterogen, tidak terorganisasi, dan merupakan objek kampanye.
Kategori Khalayak Audien Komunikasi Politik
Menurut Hennesy (Nasution, 1990), dalam kaidah komunikasi politik, khalayak secara umum terbagi menjadi 2 :
1. Massa
Adalah keseluruhan dari kerumunan sosial. Sekumpulan orang yang mengalami kejadian tertentu tanpa memperhitungkan keberadaan dan lokasi mereka; yang menyatukan mereka adalah kesamaan pengalaman atas suatu peristiwa. Massa terbentuk dan dapat berubah secara cepat sesuai dengan aktifitas dan media massa, media baru, dan media sosial yang mempengaruhinya sesuai dengan isu, peristiwa, dan kepentingan tertentu. Massa juga berarti orang yang tidak saling mengenal, berjumlah banyak, heterogen, berkumpul di suatu tempat, tidak individualistik, mempunyai kesadaran diri yang rendah, dan tidak dapat bergerak secara terorganisir.
Baca Juga: Saluran atau Media Komunikasi Politik
2. Publik
Merupakan kelompok sosial yang mempunyai kepentingan dan tujuan yang sama, bersifat spesifik, sekaligus merupakan bagian dari massa yang tertarik pada masalah-masalah sosial atau masyarakat, atau dalam konteks politik. Publik juga merupakan individu-individu yang yang memiliki kesamaan karakter yang mempunyai peluang untuk saling mempengaruhi antara satu dengan yang lainnya. Misalnya publik partai politik tertentu dengan sukarela mengikuti kegiatan-kegiatan partai demi kepentingan tertentu, seperti mendukung kandidat partai bersangkutan.
Jefkins dalam Heryanto dan Zarkasy, menyataan bahwa khalayak (public) merupakan kelompok orang yang berkomunikasi dengan suatu organisasi secara internal maupun eksternal. Setidaknya terdapat 10 khalayak utama yang menjadi subyek yakni:
- Masyarakat luas
- Calon staff misalnya calon sukarelawan
- Para pegawai atau anggota (misalnya development staff, issues and research staff, dll)
- Pemasok jasa dan berabagi macam produk layanan politik, mislanya konsultan komunikasi politik (political advertising agency)
- Donatur atau para pemodal pendonor politik
- Distributor yang mendistribusikan kepentingan dan kekuasaan politik lembaga atau kandidat politik
- Pemilih (voter) atau konstituen
- Pemimpin opini (elite opinion)
- Kelompok-kelompok kepentingan (interest group) dan kelompok penekan (pressure group)
- Media masa
Pelajari Juga: Pesan Komunikasi Politik
Sumber: Gun-Gun Heryanto dan Irwa A. Zarkasy, dalam Public Relation Politik
Elemen Khalayak Komunikasi Politik
Khalayak dalam ranah politik terbagi menjadi tiga elemen yang masing-masing memiliki pola pikir dan kepentingan yang berbeda. Hennesy (Nasution, 1990) membedakan khalayak komunikasi politik menjadi 3 yakni:
1. Publik Umum (General Public)
General publik adalah segenap masyarakat suatu negara yang biasanya tidak menaruh minat terhadap dunia politik, tetapi masih berpartisipasi dalam beberapa ajang politik. Misalnya dalam pemilihan kepala daerah, publik ini bersifat umum, keseluruhan, dan tidak memiliki kecenderungan atau keberpihakan kepada partai politik maupun kandidat tertentu. Khalayak umum menjadi sasaran kampanye politik semua partai politik dan kandidat pada masa pemilihan umum.
2. Publik Penuh Perhatian (The Attentive Public)
The Attentive Public memiliki hubungan emosional dan ideologis dengan partai politik dan kandidat tertentu. Khalayak ini memiliki kepentingan atau idealisme terhadap perubahan-perubahan dan sistem politik. Terdapat juga segelintir orang yang berperan sebagai pengamat dunia politik. Orang-orang ini terkadang ikut berperan aktif dalam menanggapi opini publik para elite politik.
Dalam hal ini, pengamat politik biasanya memberikan saran, kecaman, atau kritikan kepada elite politik. Khalayak atau publik yang penuh perhatian ini memberikan waktu yang memadai bagi kepentingan politik, seperti pendukung setia partai atau pemerhati isu-isu politik yang setia mengikuti kampanye atau perkembangan proses politik.
Baca juga: Komunikator Politik
3. Elite Opini dan Kebijakan (The Leadership Public)
Tokoh politik, seperti pejabat atau tokoh partai politik, yang mendedikasikan waktu dan pikirannya untuk politik. Mereka adalah orang-orang yang terjun dalam dunia politik dengan beragam kepentingan. Mereka terlibat secara aktif dalam proses politik dan bahkan sebagai penentu kebijakan. Orang-orang ini sudah terbiasa menyampaikan pesan-pesan politik kepada masyarakat dengan tujuan menyamakan persepsi atau tujuan atas kepentingan para elite politik.
Di antara ketiga khalayak komunikasi politik di atas, The Leadership Public merupakan kalangan yang paling aktif minatnya dalam masalah kepemerintahan dan seringkali sebagai pelaku politik. Sedangkan The Attentive Public merupakan khalayak yang menaruh perhatian terhadap diskusi-diskusi antar elit politik dan seringkali termobilisasi untuk bertindak dalam kaitan suatu permasalahan politik. Publik umum (General Public) terdiri dari hampir separuh penduduk, dalam kenyataannya jarang berkomunikasi dengan para pembuat kebijakan.
Sumber : Gun Gun Heryanto dan Shulhan Rumaru
Publik penuh perhatian menempati posisi penting dalam proses pembentukan opini publik. Pentingnya posisi tersebut menurut Nimmo (1978) berdasarkan pada kenyataan:
- Karena lapisan publik inilah yang berperan sebagai saluran komunikasi antar pribadi dalam arus pesan timbal balik antara pemimpin politik dengan publik umum. Publik attentive merupakan khalayak utama (key audience) dalam komunikasi politik.
- Menyertai para pemimpin politik sebagai pembawa konsensus politik. Yakni orang-orang dalam bagian terakhir yang besar kemungkinannya dari orang lain menunjang aturan dan nilai-nilai umum demokrasi.
- Membentuk surrogate electorate atau pemilih bayangan dalam periode antara masa pemilihan. Para politisi biasanya mempersepsikan gelombang arus opini di kalangan publik attentive sebagai representasi keyakinan, nilai, dan harapan publik umum. Dengan kata lain, khalayak yang mempunyai perhatian itu merupakan lapisan masyarakat yang berkemauan untuk mengikuti dalam perkembangan politik yang berlangsung.
Lihat juga: Metode Studi dan Pendekatan Komunikasi Politik
Khalayak Aktif dan Khalayak Pasif
Beberapa ahli Ilmu Komunikasi membagi khalayak menjadi dua yakni khalayak aktif dan pasif (Littlejohn, 2003 dan Biocca, 1998). Menurut teori-teori komunikasi masa klasik (SOR, Hypodermic Theory, Bullet Theory, Lasswell’sponsorship Theory, Shannon and Weaver’s Theory, Hovland Theory) mempunyai asumsi bahwa khalayak pasif terpengaruh oleh arus langsung dari media. Sementara itu khalayak aktif memeiliki keputusan aktif tentang bagaimana menggunakan media. Khalayak aktif adalah khalayak yang melakukan seleksi dalam mengkonsumsi media atas dasar kebutuhan informasi yang mempunyai nilai tambah terhadap pengetahuan dan aktifitas politik merek. Khalayak aktif tetap berstatus sebagai konsumen, bukan sebagai produsen isi media atau berita.
Baca juga: Konsep Dasar Komunikasi Politik
Kajian khalayak oleh Frnk Biocca (1998) dalam Opposing Conceptions of the Audience: The Active dan Passive Hemisphere of Communications Theory, ada beberapa tipologi dari khalayak aktif, yakni:
- Selektivitas (selectivity), yakni khalayak aktif akan selektif dalam proses konsumsi media yang mereka pilih. Khalayak tipe ini tidak asal-asalan dalam mengkonsumsi media namun memiliki tujuan tertentu
- Utilitarianisme (utilitarism), yaitu khalayak aktif yang mengkonsumsi media dalam rangka memenuhi kebutuhan dan tujuan tertentu
- Intensionalitas (intentionalit), yang mengandung makna penggunaan isi media secara sengaja.
- Keikutsertaan (involvement), atau usaha yaitu khalayak secara aktif berfikir mengenai lasan mereka dalam mengkonsumsi media
- Khalayak aktif yang percaya sebagai komunitas yang tahan menghadapi pengaruh media (impervious to influence) atau tidak mudah terbujuk oleh media.
Khalayak aktif adalah khalayak yang mampu menentukan pilihan untuk mengkonsumsi media berdasarkan pertimbangan rasional dan cenderung tergolong khalayak yang memiliki tingkat pendidikan tinggi dan terdidik. Khalayak yang lebih terdidik (educated people) cenderung menjadi bagian dari khalayak aktif karena lebih bisa memilih media yang mereka konsumsi sesuai kebutuhan daripada khalayak yang tidak terdidik. Seorang akademisi, pengusaha, dan para pengusaha professional lainnya memilih mengkonsumsi media atas dasar kepentingan rasional.
Hubungan Khalayak Politik dengan Komunikator Politik
Suatu partai politik atau kandidat harus mengenali atau menetapkan unsur masyarakat luas untuk menjadi khalayak politiknya. Sedikitnya ada empat alasan yang melatarbelakangi hal tersebut:
- Mengidentifikasi segmen khalayak atau kelompok yang paling tepat untuk dijadikan sasaran program komunikator politik
- Menciptakan skala prioritas yang berkaitan dengan adanya keterbatasan anggaran dan sumber daya politiknya
- Memilih media dan teknik berkomunikasi yang sekiranya paling sesuai
- Mempersiapkan pesan-pesan politik agar efektif dan khalayak politik terima
Hal lain yang juga penting untuk melakukan kerja dari partai politik atau kandidat adalah hubungannya dengan masyarakat adalah pemimpin opini:
- Sangat penting dalam mempengaruhi proses kebijakan politik. Pemimpin opini dalam konteks ke-Indonesiaan antara lain adalah Kyai Pesantren, Pemimpin kelompok agama tertentu, dll
- Mampu melakukan penolakan terhadap kebijakan pemerintah.
- Pemimpin opini tidak boleh dipandang sebelah mata karena mereka dapat membantu pembangunan dan program pemeritah lainnya.
Demikianlah pembahasan tentang khalayak atau audien komunikasi politik. Kita telah membahasnya mulai dari definisi atau pengertian khalayak, elemen, tipologi khalayak komunikasi politik hingga hubungannya dengan komunikator politik. Dengan memahami audien komunikasi politik, maka pesan politik dari aktor politik akan lebih efektif tersampaikan. Semoga bermanfaat. www.himso.id