...
Home Komunikasi Politik Buzzer Sebagai Alternatif Iklan Politik Di Era Media Sosial

Buzzer Sebagai Alternatif Iklan Politik Di Era Media Sosial

by Rudi Trianto
Buzzer Sebagai Alternatif Iklan Politik Di Era Media Sosial

Buzzer sebagai alternatif iklan politik di era media sosial. Seiring perkembangan teknologi komunikasi berbasis internet, terutama setelah maraknya media baru (new media) dan media sosial (social media), iklan politik berkembang. Kekuatan media sosial telah menghipnotis masyarakat, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa untuk menjadi bagian dari media sosial. Fenomena tersebut adalah bentuk dari penetrasi internet di Indonesia yang kedua tertinggi di dunia dalam 5 tahun terakhir, telah melahirkan kebutuhan baru pada brand untuk mengekspansi pasar ke ekosistem online khususnya media sosial.

Media sosial saat ini bukan hanya sarana sosialisasi dan menciptakan hubungan atau jaringan personal, melainkan sudah berkembang menjadi salah satu sarana iklan yang sangat ampuh. Inilah social buzzer, bisnis baru bagi pemilik akun media sosial yang terkenal dan mempunyai follower yang banyak sehingga mereka menjadi sarana iklan kepada khalayak atau pengikut mereka.

Ketergantungan masyarakat akan media sosial dan media baru berimplikasi pada hampir semua sektor kehidupan, baik ekonomi, sosial budaya, maupun politik. Dalam politik, media baru dan media sosial telah menjelma menjadi medium kekuatan baru yang tidak hanya mampu menciptakan kekuatan masyarakat, tetapi juga kekuatan yang bersifat personal. Khalayak atau follower yang menjadi pengikut akun media sosial seseorang atau sebuah lembaga menjadi peluang sosialisasi, promosi, dan kampanye yang mempunyai nilai ekonomi tinggi.

Pengertian Buzzer dan Influencer

Istilan lain dari buzzer adalah influencer atau rain maker. Influencer adalah orang yang mampu memengaruhi follower (pembaca blog-nya, teman Facebook-nya, follower Twitter-nya) sehingga memberikan efek buzz di media sosial, memengaruhi dalam aspek informasi, tren, dll. Semua orang bisa menjadi buzzer, mulai dari artis, akun publik, selebtwit, akun pribadi atau mungkin aktivis, selama pengikut atau followers mereka jumlah tertentu (banyak).

Teguh Riyanto, dalam artikel yang berjudul “Fenomena Buzzer sebagai Pengiklan di Dunia Maya”, menyatakan bahwa buzzer berasal dari bahasa Inggris yang memiliki arti bel, lonceng, atau alarm. Secara harfiah, buzzer memiliki arti sebagai alat untuk mengumumkan sesuatu atau untuk mengumpulkan orang-orang di suatu tempat. Di Indonesia, kita mengenal buzzer sebagai kentongan. Kentongan adalah salah satu peralatan tradisional yang berfungsi untuk mengumpulkan warga jika ada pengumuman dari perangkat desa atau terjadi suatu peristiwa penting.

Baca juga: Konsep Dasar Komunikasi Politik

Menurut Jeff Staple, seorang pengamat sosial media, buzzer atau influencer adalah seseorang yang didengarkan opininya, dipercayai, dan membuat orang lain bereaksi setelahnya. Secara sederhana, seorang twitter buzzer adalah pengguna twitter yang dapat memberikan pengaruh kepada orang lain hanya melalui tweet yang ia tuliskan. Hal tersebut merupakan identitas utama dari seorang twitter buzzer karena pada dasarnya buzzer harus mempunyai kemampuan influence atau memengaruhi orang lain. Oleh sebab itu, ada pula yang menyebutnya dengan istilah influencer.

Iklan buzzer atau influencer dalam dunia politik dapat menjadi alternatif dalam melakukan kampanye politik dan sekaligus peluang ekonomi baru bagi anggota masyarakat yang mempunyai akun sosial media dengan jumlah follower yang banyak. Tingkat keberhasilan iklan buzzer sangat tinggi karena khalayak yang menjadi targetnya adalah khalayak yang secara sadar menjadi bagian dari komunikator dalam proses iklan buzzer. Pada pemilu 2014, banyak pihak yang memilih menjadi buzzer, baik artis, publik figur, bahkan ma hasiswa. Mereka bertindak sebagai sumber informasi mengenai kandidat atau ide-ide yang mereka dukung.

Buzzer Sebagai Alternatif Iklan Politik Di Era Media Sosial

Buzzer Sebagai Alternatif Iklan Politik Di Era Media Sosial

Peran dan Tugas Buzzer Influencer

Para twitter buzzer mempunyai tugas menuliskan tweet tentang informasi atau rekomendasi sebuah even atau produk dari penyewa jasa mereka. Para penyewa jasa twitter buzzer kebanyakan merupakan perusahaan besar atau pemilik usaha yang ingin usahanya lebih terkenal di dunia maya. Tidak hanya dalam dunia bisnis, penyewa jasa twitter buzzer juga datang dari organisasi atau kelompok. Mereka menggunakan jasa twitter buzzer untuk memperkenalkan sebuah event atau mungkin sebuah pesan sosial bagi masyarakat banyak. Bahkan peluang kreatif ini nyatanya mencuri perhatian para pelaku dunia politik untuk urusan pencitraan.

Tugas twitter buzzer terkadang tidak terbatas hanya untuk mem-posting sebuah tweet, namun tidak jarang pula menjalankan campaign atau rangkaian informasi lebih lanjut kepada para follower-nya. Jadi, tugas dari seorang twitter buzzer bisa menjadi layaknya brand ambassador penyewa jasanya tersebut. Untuk itu, seorang twitter buzzer juga harus benar-benar mengerti apa yang ia sebarkan ke dunia maya.

Kekuatan (power) para buzzer sangat ampuh dalan menciptakan opini publik dan memengaruhi pola pikir masyarakat dengan kecenderungan dan pilihan mereka secara persuasif. Masyarakat menjadi mengikuti apa yang para buzzer katakan. Sehingga sebagaimana beragam konten media konvensional, new media dan social media, unsur rekayasa dalam proses konstruksi selalu ada dalam proses konstruksi sebuah pesan politik pada akun-akun buzzer.

Bahkan, kecenderungan manipulasi lebih tinggi dan besar melalui media sosial. Karena mungkin saja follower-nya tidak semuanya benar, tetapi rekayasa untuk kepentingan politik semata. Bagi akun artis, publik figur, dan tokoh masyarakat lainnya, kekuatan pengaruh mereka menjadi alat kunci dalam memengaruhi publik. Jadi, khalayak sebenarnya kembali kepada ketergantungan terhadap tokoh tokoh tertentu yang dia follow. Walaupun kemungkinan tidak sesuai atau tidak tepat terbuka dalam proses tersebut.

Baca juga: Media baru dan Media Sosial dalam Politik

Beberapa Syarat Menjadi Buzzer Iklan

Pemilik akun media sosial yang hendak menjadi buzzer tidak sembarangan, melainkan juga menuntut beberapa syarat yang melingkupi komunikator buzzer. Hal tersebut menjelaskan bahwa apa pun bentuk iklannya harus di lakukan dengan terencana dan sangat baik. Beberapa syarat menjadi buzzer iklan, yakni:

  1. Populer.

Seorang twitter buzzer harus populer di kalangan para pengguna Twitter, secara khusus, dan di dunia media sosial, secara umum, serta mem punyai follower yang banyak. Semakin banyak follower, akan semakin bagus. Namun, tidak cukup sekadar “populer”, tetapi juga mem punyai kemampuan memengaruhi pihak lain atau cukup mempunyai kecerdasan mengenai isu-isu kampanye. Seseorang harus benar-benar memiliki “sesuatu” yang bisa menarik perhatian orang lain,

  1. Aktif dan Kreatif.

Seorang buzzer harus aktif, yaitu terbiasa menggunakan akun Twitter-nya secara rutin dan mampu me-manage akunnya. Seorang twitter buzzer tidak jarang harus mampu selalu online dalam waktu yang teratur. Karena pada umumnya para follower akan selalu menunggu tweet baru yang akan muncul. Buzzer harus memiliki kemampuan berkomunikasi dengan baik agar para follower bisa tepat nyaman dan selalu memperhatikan “gerak-gerik”nya di dunia maya. Kecerdasan dan kepekaan menjadi prasyarat untuk menjadi powerful dalam bisnis buzzer iklan. Khususnya dalam kampanye politik, kemampuan dan pemahaman mengenai politik atau isu politik menjadi sangat penting agar tweet-tweet mampu mempengaruhi sikap follower.

Selain aktif, seorang buzzer juga harus kreatif. Tingkat kreativitas akan mampu merancang pesan-pesan yang menarik bagi khalayak. Dalam dunia maya yang menuntut kekayaan konten, kreativitas adalah kata kunci utama karena konten merupakan jiwa dari media sosial. Semakin kreatif seseorang, pesan-pesan yang disampaikannya melalui media sosial banyak yang suka. Dalam industri ini, kreativitas mutlak adanya agar pesannya bisa bernilai komersial bagi para pihak yang membutuhkan jasa buzzer.

Buzzer Sebagai Alternatif Iklan Politik Di Era Media Sosial

Buzzer Sebagai Alternatif Iklan Politik Di Era Media Sosial

Potensi Menjadi Twitter Buzzer

Perkembangan pengguna media sosial yang semakin tinggi. Bahkan di Indonesia mencapai 100 juta lebih, dengan tingkat per tumbuhan 13-15% setahun. Bagi anak-anak muda, peluang bisnis menjadi buzzer iklan sangat terbuka lebar. Sosial media sebagai lahan promosi oleh media korporat tentunya menjadikan potensi buzzer masih sangat besar. Mengintip dari beberapa informasi yang ada, nilai fee dari seorang twitter buzzer bisa mencapai kisaran ratusan ribu rupiah hingga ada yang jutaan rupiah per tweet yang mereka tuliskan. Semakin terkenal, kreatif, dan jumlah follower yang banyak, semakin mahal nilai seorang buzzer.

Semakin banyak follower, semakin tinggi kemampuan jangkau personal seseorang kepada khalayak yang menjadi follower mereka. Komunikator (yang mempunyai akun) dapat melakukan publikasi, promosi, dan kampanye dengan memposting atau update status media sosial mereka. Tanpa harus menanyakan kepada khalayak apakah mereka bersedia menerima atau tidak. Respons dapat dilihat dari balasan yang diberikan oleh followers. Bahkan dapat memunculkan diskusi, kritik, dan saran antar-follower pada waktu yang bersamaan. Hal itu sekaligus memperlihatkan pengaruh dan keberhasilan dari buzzer.

Follower menjadi sangat penting, namun yang menjadi faktor utama adalah impression atau keterbacaan follower. Bila ingin memanfaatkan secara maksimal uang dan investasi dalam menggunakan buzzer, mari ubah cara pandang kita tentang cara beriklan di Twitter dan buzzer.

  1. Membayar impression, bukan follower. Berhentilah berkubang dalam game number. Ini adalah lubang utama yang sangat fatal. Benar bahwa acuan pertama memilih buzzer karena jumlah follower nya dan berharap follower mereka menyaksikan iklan Anda.
  2. Menyaksikan adalah kata kunci dari tujuan Anda. Dalam periklanan, iklan yang disaksikan disebut impression atau keterbacaan, dari situ awareness didapat. Di media, khususnya Twitter, bisa diketahui secara presisi berapa orang yang telah membaca/menyaksikan sebuah tweet. Datanya ditampilkan dalam bentuk angka, real time, dan historical (Selengkapnya: http://www.kompasiana.com)

Kekuatan media sosial tidak luput dari aktivitas politik. Banyak kampanye politik dan politikus menggunakan media sosial karena karakteristiknya yang cepat, murah, dapat mengirimkan beragam kemasan. Serta feedback yang dapat dilakukan secara langsung bahkan dapat melakukan dialog dengan berbagai anggota yang ada dalam sebuah akun. Pada Pilpres 2014, misalnya, para buzzer dapat menjadi sumber informasi bagi publik. Mereka menjadi gatekeeper dalam makna yang baru kepada publik. Semoga bermanfaat. www.himso.id

You may also like

Leave a Comment