Home Komunikasi Politik Retorika dan Propaganda Politik

Retorika dan Propaganda Politik

by Rudi Trianto
Retorika dan Propaganda Politik

Retorika berasal dari bahasa Yunani ῥήτωρ, rhêtôr, orator adalah sebuah teknik pembujuk-rayuan secara persuasi untuk menghasilkan bujukan dengan melalui karakter pembicara, emosional atau argumen (logo). Dalam bahasa Inggris, asal kata retorika yaitu rhetoric dan dari bahasa latin rhetorica yang berarti ilmu bicara. Awal mulanya, retorika digunakan dalam perdebatan-perdebatan di ruang sidang pengadilan untuk saling mempengaruhi antar persona, namun kini retorika juga sudah merambah panggung politik praktis.

Ilmu bicara ini cara pemakaian bahasa sebagai seni yang berdasarkan pada suatu pengetahuan atau metode yang teratur atau baik. Retorika merupakan kelihaian berbahasa dalam memainkan ulasan mengenai konteks tertentu untuk mencapai tujuan politik. Pendefinisian ideal retorika adalah sebagai seni dalam berbicara, dengan retorika kita dapat mempengaruhi siapapun melalui tutur kata berbicara fasih, jelas serta mencapai tujuan yang di inginkan.

Baca : Konsep Dasar Komunikasi Politik

Retorika adalah komunikasi dua arah, face to face, satu atau lebih orang yang masing–masing pihak berusaha dengan sadar untuk mempengaruhi pandangan satu sama lain melalui tindakan timbal balik satu sama lain. Sasaran persuasi timbal balik itu, tentu saja tidak perlu ada batasan pada orang orang yang turut dalam perdebatan, yaitu para ahli retorika dapat juga berusaha mempengaruhi pihak ketiga.

Retorika juga sebagai seni membangun argumentasi dan seni berbicara “the art of constructing arguments and speech making”. Dalam perkembangannya, retorika juga mencakup proses untuk menyesuaikan ide dengan orang lain dan menyesuaikan orang dengan ide melalui berbagai macam pesan.

Definisi Retorika

  1. Plato menulis dalam Gorgias, retorika secara umum ialah seni manipulatif atau teknik persuasi politik yang bersifat transaksional dengan menggunakan lambang untuk mengidentifikasi pembicara dengan pendengar melalui pidato, persuader dan yang mitra persuasi saling bekerja sama dalam merumuskan nilai, kepercayaan dan pengharapan mereka.
  2. Aristoteles menjelaskan retorika melalui 3 prinsip; Ethos, yakni menunjukkan kepada khalayak bahwa kita memiliki pengetahuan yang luas, kepribadian yang terpercaya, dan status yang terhormat. Pathos, yakni menyentuh hati khalayak perasaan, emosi, harapan, kebencian dan kasih sayang mereka. Logos, yakni meyakinkan khalayak dengan mengajukan bukti atau yang kelihatan sebagai bukti, dengan mendekati khalayak melalui otaknya.
  3. Gusti Ngurah Oka (Hendrikus, 1991), retorika adalah ilmu yang mengajarkan tindak dan usaha efektif dalam persuasi penataan dan penampilan tutur untuk membina saling mengerti dan kerja-sama kedamaian dalam kehidupan masyarakat
  4. Littlejohn (1992) mendefinisikan kajian retorika secara umum sebagai simbol manusia. Pengertian ini kemudian mencakup segala cara manusia dalam menggunakan simbol untuk memengaruhi lingkungan sekitarnya.
  5. Keraf (1994), retorika adalah sebuah telaah atau studi yang simpatik mengenai oratoria atau seni berpidato. Kemampuan dan kemahiran berbahasa untuk menyampaikan pikiran dan gagasan melalui pidato-pidato kepada kelompok-kelompok massa tertentu guna mencapai tujuan tertentu.
  6. Rahmat (2001), retorika adalah ilmu yang mempelajari cara mengatur komposisi kata-kata agar timbul kesan pada diri khalayak. Retorika adalah pemekaran bakat-bakat tertinggi manusia, yakni rasio dan cita rasa lewat bahasa selaku kemampuan untuk berkomunikasi dalam medan pikiran.
  7. Saputra (2006), retorika adalah ilmu yang mempelajari tentang bagaimana bertutur kata di hadapan orang lain dengan sistematis dan logis untuk memberikan pemahaman dan meyakinkan orang lain.
  8. Jalaludin Rakhmat (2009) mengatakan bila merujuk pada fenomena komunikasi, retorika merupakan cara untuk mempersuasi audiens agar melakukan arahan orator di bawah alam sadar.
Retorika Politik merupakan seni dalam berbicara di panggung politik

Retorika merupakan seni dalam berbicara di panggung politik

Tahap-tahap Retorika Politik

Terdapat lima tahap penyusunan pidato politik yaitu lima hukum Retorika “The Five Cannons of Rhetorica” (Lynn, 2008) sebagai berikut:

  1. Inventio (Penemuan) adalah Integrasi cara berfikir dan argument di dalam pidato. Orator menggunakan logika dan bukti di dalam pidato membuat sebuah teks pidato menjadi lebih kuat dan persuasive. Pada tahap ini, orator atau pembicara memilih topik dan meneliti audiens untuk mengetahui metode persuasi yang paling tepat.
  2. Disposito (Penyusunan/pengaturan) adalah pengorganisasian dari pidato. Orator mempertahankan struktur pidato-pengantar, batang tubuh, kesimpulan-mendukung kredibelitas pembicara, menambah tingkat persuasi dan mengurangi rasa frustrasi pada pendengar. Pada tahap ini, orator atau pembicara menyususun pidato atau mengorganisasikan pesan.
  3. Elocutio (Gaya) adalah penggunaan bahasa di dalam pidato. Dalam menggunakan gaya, orator memastikan bahwa suatu pidato harus memorable dan bahwa ide-ide dari pembicara harus jelas. Pada tahap ini, pembicara memilih kata–kata dan menggunakan bahasa yang tepat untuk mengemas pesannya.
  4. Pronountiatio (Penyampaian) adalah presentasi dari pidato. Bagaimana orator menyampaikan pesannya dengan efektif dengan kata-kata yang membantu mengurangi ketegangan diri orator. Pada segmen ini, pembicara menyampaikan pesannya secara lisan. Di sini, akting sangat berperan. Pembicara harus memerhatikan oleh suara dan gerakan–gerakan anggota badan.
  5. Memoria (Ingatan atau Memori) adalah penyimpanan informasi di dalam benak pembicara. Orator mengetahui apa dan kapan mengatakannya, meredakan ketegangan pembicara dan memungkinkan pembicara untuk merespon hal-hal yang tidak terduga. Pada segmen ini, pembicara harus mengingat pesan-pesannya dengan mengatur bahan– bahan pembicaranya.

Baca : Khalayak atau Audien Komunikasi Politik

Tipe Retorika Politik

Dalam pandangan Aristoteles, retorika politik terbagi menjadi tiga model (lynn, 2008), (Mirza Shahreza, 2016), (Wiendijarti, 2014) yaitu sebagai berikut:

  1. Retorika Deliberatif. Retorika ini untuk mempengaruhi orang–orang dalam masalah kebijakan pemerintah dengan menggambarkan keuntungan dan kerugian relatif dari cara–cara alternatif dalam melakukan segala sesuatu. Fokusnya ialah pada apa yang akan terjadi di masa depan jika ada kebijakan tertentu. Seorang politisi dalam hal kajian ini harus mampu menciptakan dan memodifikasi pengharapan atas hal-hal yang akan datang.
  2. Retorika Forensik. Retorika Forensik berfokus pada apa yang terjadi pada masa lalu untuk menunjukkan bersalah atau tidak bersalah, pertanggungjawaban, atau hukuman dan ganjaran. Setting–nya yang biasanya adalah ruang pengadilan, tetapi terjadinya di tempat lain.
  3. Retorika Demonstratif. Retorika Demonstratif atau Retorika epideiktik adalah wacana yang memuji dan menjatuhkan. Tujuannya adalah memperkuat sifat baik dan sifat buruk seseorang, suatu lembaga, atau gagasan. Kampanye politik penuh dengan retorika ini seperti satu pihak menantang kualifikasi pihak lain bagi jabatan di dalam pemerintahan. Dukungan editorial oleh surat kabar, majalah, televisi, dan radio juga mengikuti garis demonstratif, memperkuat sifat–sifat positif kandidat dan sifat– sifat negatif lawannya.
Menguasai seni berbicara atau retorika wajib bagi politikus

Menguasai seni berbicara atau retorika wajib bagi politikus

Tipe Orator dalam Retorika Politik

Dalam Public Relations Politik, tipologi orator dalam retorika politik itu antara lain seperti berikut:

  1. Noble Selves, yaitu orang yang menganggap dirinya paling benar, mengklaim lebih hebat dari yang lain dan sulit menerima kritik. Jika tipe ini yang ada dalam diri praktisi Public Relations Politik, maka tentu akan menghambat proses Public Relations politik yang sedang berjalan.
  2. Rhetorically Reflector, yaitu orang yang tidak punya pendirian yang teguh, hanya menjadi cerminan orang lain. Tipe seperti ini akan melemahkan lembaga atau kandidat, karena orator tak memiliki kapasitas untuk membangun rasionalitas, berpolemik atau mempertahankan ide dan konsep. Dia tak lebih dari sekedar cerminan kepentingan pihak lain.
  3. Rhetorically Sensitive, yaitu orang yang adaptif, dan cepat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Ini merupakan tipe ideal karena tahu bagaimana dan kapan harus memainkan diri publik (public self) dan diri pribadi (private self). Cenderung fleksibel, tetapi memiliki konsep diri yang jelas, sehingga bisa menunjukkan ketegasan dan kewibawaannya di depan khalayak.

Propaganda Politik

Propaganda adalah suatu bentuk komunikasi berupa seni permainan kata-kata oleh suatu kelompok terorganisasi dengan tujuan menciptakan partisipasi aktif atau pasif untuk menyampaikan kebenaran menurut versi sang propagandis dengan menggunakan cara-cara persuasif untuk mengubah atau memengaruhi pendapat, sikap, dan perilaku masyarakat atau massa yang menjadi targetnya, atau memperkenalkan hal-hal baru.

Baca : Efek Komunikasi Politik

Istilah propaganda berasal dari bahasa Neo Latin, yaitu propagandus atau propagare yang artinya penyebaran, mengembangkan atau memekarkan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata propaganda berarti penerangan (paham, pendapat, dan sebagainya) yang benar atau yang salah, dengan tujuan meyakinkan orang banyak agar menganut suatu aliran paham, sikap atau arah tindakan tertentu; biasanya beserta dengan janji yang muluk-muluk.

Menurut Enclyclopedia International, propaganda adalah suatu jenis komunikasi yang berusaha mempengaruhi pandangan dan reaksi, tanpa mempedulikan tentang nilai benar atau tidak benarnya pesan. Sedangkan menurut Enclyclopedia Everyman’s, propaganda adalah suatu seni untuk penyebaran dan meyakinkan suatu kepercayaan, khususnya suatu kepercayaan agama atau politik.

Propaganda Politik sebuah seni manipulasi komunikasi politik

Propaganda sebuah seni manipulasi komunikasi politik

Definisi Propaganda

  1. lrawanto (2004), propaganda adalah seni permainan kata-kata dalam berkomunikasi yang rumusan pesannya terangkai tanpa pertimbangan benar atau salah, yang penyebarannya dilakukan secara sistematis dengan metode dan teknik tertentu serta rencana yang matang melalui berbagai alat komunikasi untuk memengaruhi pendapat, sikap, dan perilaku masyarakat atau massa.
  2. Heryanto dan Farida (2010), propaganda adalah komunikasi suatu kelompok yang terorganisasi dan ingin menciptakan partisipasi aktif atau pasif dalam tindakan-tindakan suatu massa yang terdiri atas individu- individu, menjadi satu secara psikologis melalui manipulasi psikologis dan bergabung dalam suatu organisasi.
  3. Jacques Ellul (Nimmo, 1989), propaganda adalah kegiatan pemerintah, partai politik, dan kepentingan untuk mencapai tujuan politik (strategis dan taktis) dengan pesan-pesan yang lebih khas yang lebih berjangka pendek.
  4. Harold D. Lasswell (Nurudin, 2004), propaganda adalah semata-mata kontrol opini melalui simbol-simbol yang mempunyai arti, atau menyampaikan pendapat yang konkrit dan akurat (teliti), melalui sebuah cerita, rumor laporan gambar-gambar dan bentuk-bentuk lain dalam komunikasi sosial.
  5. Ralp D. Casey (Nurudin, 2004), propaganda adalah suatu usaha secara sengaja dan sadar untuk memantapkan suatu sikap atau merupakan suatu pendapat yang berkaitan dengan suatu doktrin atau program dan di pihak lain, merupakan usaha yang sadar dari lembaga-lembaga komunikasi untuk menyebarkan fakta dalam semangat objektivitas dan kejujuran.

Baca : Opini Publik dalam Komunikasi Politik

Tujuan Propaganda

Menurut Liliweri (2011), tujuan propaganda adalah sebagai berikut:

  1. Mempengaruhi Opini Publik. Propaganda tidak saja sekadar bertujuan untuk mengkomunikasikan fakta-fakta kepada publik, tetapi juga fakta-fakta yang mempengaruhi opini publik terhadap suatu isu tertentu. Perubahan pendapat umum itu bisa positif bisa juga negatif.
  2. Memanipulasi Emosi. Propaganda bisa melalui beberapa teknik manipulasi emosi, bahkan sering dengan cara yang membahayakan. Melalui teknik propaganda para propagandis memanipulasi kata, suara, simbol, pesan non verbal agar dapat membangkitkan emosi audience.

Jenis-jenis Propaganda

Menurut Sastropoetro (1991), berdasarkan sifatnya propaganda terbagi menjadi tiga jenis, yaitu:

  1. Black propaganda, yaitu propaganda terbuka dengan menyerang narasumber secara terang-terangan atau terbuka.
  2. White propaganda, yaitu propaganda tertutup secara sembunyi-sembunyi. Progandis tidak secara terang-terangan menyerang orang.
  3. Grey propaganda, yaitu propaganda yang tidak jelas secara pasti sumbernya maka dapat menimbulkan keraguan.
Propaganda Terbuka sumber propaganda ini disebutkan dengan jelas dan secara terbuka

Propaganda Terbuka yaitu propaganda dengan jelas dan secara terbuka

Menurut Shoelhi (2012), berdasarkan sumber isi pesannya propaganda terbagi menjadi dua jenis, yaitu:

  1. Tertutup, sumber propaganda ini tertutup sehingga siapa sumbernya tidak jelas.
  2. Terbuka, sumber propaganda ini terbuka dengan jelas dan secara terang-terangan.
  3. Tertunda, sumber propaganda ini pada mulanya penuh kerahasiaan, tetapi lambat laun terbuka dan jelas.

Menurut Ellul (Nurudin, 2004) berdasarkan medianya, propaganda terdiri dari dua jenis, yaitu:

  1. Propaganda vertikal, yaitu propaganda oleh satu pihak kepada orang banyak dan biasanya mengandalkan media massa untuk menyebarkan pesan-pesannya.
  2. Propaganda horizontal, yaitu propaganda seorang pemimpin suatu organisasi atau kelompok kepada anggota organisasi atau kelompok itu melalui tatap muka atau komunikasi antar personal dan biasanya tidak menggunakan media massa.

Baca: Kampanye dalam Komunikasi Politik

Metode Propaganda

Menurut Shoelhi (2012), berdasarkan metodenya propaganda terbagi atas dua jenis, yaitu:

  1. Coersive Propaganda, yaitu propaganda dengan metode ancaman atau kekerasan. Target propagandanya akan melakukan sesuatu sebagai akibat rasa takut, rasa terancam, rasa ngeri. Perasaan yang timbul karena ada sanksi-sanksi tertentu melalui pesan.
  2. Persuasive Propaganda, yaitu propaganda yang menggunakan metode penyampaian pesan-pesan yang menimbulkan rasa tertarik sehingga target propaganda senang dan rela melakukan sesuatu.

Berdasarkan sistemnya, propaganda terbagi menjadi dua jenis, yaitu:

  1. Symbolic interaction Propaganda, yaitu propaganda menggunakan simbol-simbol. Propaganda jenis ini menggunakan lambang-lambang komunikasi yang penuh arti, yaitu bahasa lisan atau tulisan, serta gambar- gambar dan isyarat-isyarat yang perumusannya sedemikian rupa sehingga dapat merangsang jiwa target propaganda untuk menerima pesan dan kemudian memberikan respons seperti harapan propagandis.
  2. Propaganda by the deed, yaitu propaganda yang menggunakan perbuatan nyata untuk memaksa target menerima pesan dan melakukan tindakan sebagaimana kehendak propagandis
Berbagai macam tipe Propaganda lazim di dunia politik

Berbagai macam tipe Propaganda

Menurut Heryanto dan Farida (2010), berdasarkan tujuannya propaganda terbagi menjadi 4 jenis, yaitu:

  1. Propaganda Sosial. Tipe propaganda ini berlangsung secara berangsur-angsur, sifatnya merembes ke dalam lembaga-lembaga ekonomi, sosial, dan politik.
  2. Propaganda Politik. Merupakan propaganda pemerintah, partai politik dan kelompok kepentingan untuk membentuk dan membina opini publik dalam mencapai tujuan politik (strategis atau taktis) dengan pesan-pesan khas yang lebih berjangka pendek.
  3. Propaganda Agitasi. Merupakan propaganda yang berusaha agar orang-orang bersedia memberikan pengorbanan yang besar bagi tujuan yang langsung, mengorbankan jiwa mereka dalam usaha mewujudkan cita-cita dalam tahap-tahap yang merupakan suatu rangkaian.
  4. Propaganda Integrasi. Merupakan propaganda untuk menggalang kesesuaian di dalam mengejar tujuan-tujuan jangka panjang. Melalui propaganda ini orang mengabdikan diri kepada tujuan-tujuan yang mungkin tidak akan terwujud dalam waktu bertahun-tahun.

Baca: Komunikator dalam Komunikasi Politik

Teknik-teknik Propaganda

Menurut Decker, teknik-teknik melakukan propaganda agar tujuannya berhasil antara lain sebagai berikut (Heryanto dan Farida, 2010):

  1. Name calling. Teknik ini memberi cap buruk pada individu, kelompok, bangsa, ras, kebijakan-kebijakan, para praktisi, kepercayaan, dan cita-cita tertentu. Tujuan dari teknik ini adalah agar pembaca atau pendengar dapat menolak atau mengutuk objek dari propaganda tersebut. Propagandisnya berusaha membangkitkan kebencian dan ketakjuban masyarakat terhadap sesuatu.
  2. Glittering Generalities. Teknik propaganda ini menyamakan sesuatu dengan tujuan-tujuan mulia, luhur, dan biasanya selalu menggunakan pernyataan-pernyataan yang mengesankan kebajikan. Pelaku propaganda berusaha membangkitkan perasaan cinta, keikhlasan, dan perasaan terlibat langsung kepada hati masyarakat terhadap program atau kepentingan tertentu.
  3. Testimonial. Teknik ini memberi suatu kesaksian mengenai kebaikan atau keburukan sesuatu. Dengan memberikan kesaksian yang tujuannya untuk memengaruhi massa agar mengikutinya.
  4. Transfer. Teknik propaganda yang menggunakan pengaruh dari seseorang tokoh yang paling berwibawa di lingkungan tertentu. Teknik ini memanfaatkan wibawa, kesepakatan, dan kehormatan sebagai sarana untuk memperkuat penerimaan masyarakat dalam propaganda. Biasanya dalam teknik ini berlaku sistem simbol, seperti bendera melambangkan bangsa.
  5. Card Stacking. Teknik ini mengarahkan masyarakat kepada keadaan pemikiran tertentu. Teknik ini menggunakan seni mengelabui demi kepentingan kelompok, bangsa, perbuatan, kepercayaan, atau cita-cita.
  6. Plain Folkz. Teknik semacam ini dengan cara berusaha merakyat dan menyederhana guna merebut kepercayaan masyarakat. Dalam hal ini para politisi, pemimpin suatu organisasi, usahawan, pejabat-pejabat negara atau bahkan guru tampil di tengah-tengah masyarakat seolah-olah sebagai bagian dari masyarakat itu sendiri.
  7. Band Wagon Technique. Teknik yang bertujuan untuk membuat orang agar mengikuti tindakan banyak orang yang sudah sesuai dengan kehendak pembuat propaganda.
  8. Reputable Mouthpiece. Cara penerapannya dengan mengemukakan sesuatu yang tidak sesuai kenyataan. Teknik ini biasanya dengan cara seseorang menyanjung pemimpin, akan tetapi tidak tulus.
  9. Using All Form of Persuations. Teknik dengan membujuk orang lain melalui rayuan, himbauan, dan iming-iming. Teknik propaganda seringkali ada dalam pemilu.

Demikian pembahasann tentang retorika dan propaganda politik. Semoga bermanfaat.

You may also like

Leave a Comment